Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

83 Pemain Terkemuka Timnas Indonesia (1)

By Suryo Wahono - Selasa, 15 April 2014 | 16:00 WIB

Putih di berbagai ajang antarnegara. Tiap masa dan periode memiliki tingkat kesuksesan sendiri. Di sini FourFourTwo Indonesia memilih 83 serdadu sepak bola Indonesia yang kami anggap terkemuka. Tak ada metode khusus untuk menentukan siapa yang mesti masuk dalam daftar ini. Hanya rasa hormat yang dalam yang jadi landasannya.

(1) Maulwi Saelan; Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1928

Saelan adalah kiper sekaligus kapten timnas di era 1954-1958. Ia turut mengantar Indonesia hingga meraih peringkat empat di Asian Games 1954 dan meraih medali perunggu di Asian Games 1958.

Salah satu aksi terbaiknya adalah mengawal gawang Merah-Putih hingga akhirnya tak kebobolan saat bersua Uni Soviet di leg pertama babak perempat final Olimpiade Melbourne 1956. Selain itu, ia juga harus tampil satu panggung dan beradu kuat dengan kiper terbaik dunia pada masa itu, Lev Yashin.

Dari laporan beberapa surat kabar di Tanah Air yang meliput pertandingan bersejarah tersebut (untuk pertama kalinya timnas tampil di Olimpiade), Saelan berulang kali menggagalkan peluang-peluang yang diraih para pemain Uni Soviet seperti Boris Tatushin, Igor Netto dan Sergei Salnikov (Dua nama terakhir baru sukses menjebol gawang Saelan di laga ulangan yang dilangsungkan dua hari kemudian dan Indonesia kalah 4-0). Di babak kedua, Saelan bahkan sempat terkapar saat berjibaku menyelamatkan gawangnya. Hanya saja, ribuan pasang mata yang menyaksikan langsung laga tersebut dan sudah kepincut dengan aksi-aksi Saelan di babak pertama, langsung meneriakkan nama Saelan dan memintanya untuk bangkit.

“Samar-samar, saya mendengar para penonton menerikkan nama saya. Saya pun tidak mau menyerah dan terus melanjutkan pertandingan. Padahal, dokter tim kala itu sudah menyuruh saya untuk digantikan,” ujar Saelan.

(2) Tan Liong Houw (Latief Harris Tanoto); Surabaya, 26 Juli 1930

Liong Houw adalah gelandang angkut air timnas di era 1950-an. Ia juga pernah diturunkan sebagai kiri dalam dalam laga-laga uji coba menjelang Asian Games 1954, tapi ternyata kinerjanya tak begitu memuaskan.

Peran pemain ini terbilang cukup vital saat membela timnas di Asian Games 1954 dan 1958, serta Olimpiade, Melbourne 1956.

Di Asian Games 1954, Liong Houw selalu tampil sejak menit awal dan ia mengoleksi satu gol saat berhasil menjebol gawang Cina di babak semifinal. Sayang, golnya tersebut tak cukup untuk menyelamatkan Indonesia karena akhirnya kita kalah 2-4. Empat tahun kemudian, Liong Houw menjelma sebagai salah satu gelandang senior di Asian Games 1958, Tokyo. Pasalnya pelatih timnas di era tersebut, Tony Pogacnik, membuat kebijakan untuk memanggil banyak pemain muda ke dalam skuad Merah-Putih. Rataan usia personil timnas di ajang ini pun tak lebih dari 24 tahun.

Di Tokyo, Liong Houw kembali sukses mencuri satu gol saat timnas menang 4-2 atas Burma di laga pembuka.

Sedangkan di Olimpiade 1956, Melbourne, Liong Houw berjibaku cukup keras hingga tubuhnya sempat terpental ke tepi lapangan setelah berduel dengan pemain-pemain Uni Soviet. “Tubuh mereka (para pemain Uni Soviet) memang lebih besar-besar, tapi pantang buat saya untuk takut berduel dengan mereka. Saya memang sempat terpental hingga keluar lapangan karena para pemain lawan bermain kasar dan “jorok”. Namun setelah itu, saya juga membuat beberapa pemain Uni Soviet jatuh terduduk. Anda tak perlu tahu saya apakan mereka?” ujarnya penuh misteri kepada FourFourTwo.

(3) Kwee Kiat Sek (drg A. Kusnadi); Jakarta, 11 Januari 1934

Kiat Sek termasuk pemain unik karena bagus saat menyerang maupun bertahan. Posisi aslinya adalah gelandang serang. Namun, saat tampil sebagai gelandang bertahan maupun bek tengah, penampilannya jarang mengecewakan.

Salah satu aksi terbaik Kiat Sek adalah kala timnas “hanya” kalah 0-1 dari Cina di laga semifinal Asian Games 1958 dan menahan imbang Uni Soviet di Olimpiade Melbourne 1956. Dari laporan pertandingan yang dimuat beberapa harian di Tanah Air pada masa tersebut, Kiat Sek berperan sebagai pemain bertahan terakhir di depan gawang. Tugas utamanya adalah menghalau sekaligus menyapu semua serangan-serangan lawan dan ternyata ia mampu melaksanakannya dengan sangat baik.

bersambung

(Penulis: Achmad Lanang, Martinus Raya Bangun, Majalah Four Four Two Edisi April 2013)