Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sebetulnya, Hockenheim Milik Michael Doohan

By Caesar Sardi - Selasa, 8 April 2014 | 17:00 WIB
Michael Doohan. (Dok. Mingguan BOLA)

liku sirkuit Hockenheim? Michael Doohan sudah jauh hari mengantisipasinya. Selain tahun lalu dia menjadi tercepat di sana, nampaknya sirkuit ini memang makanan mesin Honda. Kenapa tidak? Meski Doohan akhirnya gagal masuk finis lantaran masalah pada ban, ternyata Daryl Beattie - kini memperkuat Yamaha - telah menggantikannya untuk naik podium sebagai juara GP Jerman tahun lalu.

Hari Minggu ini?

Berangkat dari kegagalan tahun lalu, Doohan yang dikenal paling rajin menulis tentang kendala dari sirkuit ke sirkuit tentu saja lebih siap lagi. Ditambah posisinya yang kini pemimpin di tempat teratas, membuatnya lebih cermat. "Hockenheim merupakan sirkuit tercepat yang pernah saya rasakan. Tak terasa, di sana motor bisa lari lebih dari 300 km per jam," ungkap Doohan pada GP Rev '94 terbitan Australia.

Untuk mengatasinya? Tak ragu-ragu Doohan mengemukakan kiatnya. "Buat saya, untuk mencegah problem ban seperti yang pernah saya alami, akan lebih baik jika lebih banyak melaju dengan agak condong ke kanan. Dan pada lintasan di kawasan stadion banyak menggunakan gigi dua," tuturnya. Resep yang tentunya akan lain dengan para lawan-lawan Doohan.

Namun, tentunya bukan cuma Doohan yang akan berebut poin tertinggi di Hockenheim. Daryl Beattie misalnya, tentunya ingin mengulangi prestasinya sebagai juara GP Jerman ini. Tetapi, mungkinkah?

Kevin Schwantz

Tim Yamaha yang diperkuat duet Beattie dan Luca Cadalora sampai akhir GP Austria lalu, masih belum bisa menembus enam besar. Duet andalan Yamaha sepeninggal Wayne Rainey ini masih belum bangun juga. Masalah pada ban kerap menyerang kedua pembalap ini, menurut bos timnya, Kenny Roberts, akan menjadi pengalaman yang bagus pada GP berikutnya. Kalau memang kubu Yamaha berhasil mengatasinya pada babak kualifikasi yang berlangsung Jumat dan Sabtu ini, maka segalanya memungkinkan. Di luar masalah teknis, bukankah kemenangan Beattie tahun lalu merupakan separuh dari perjuangan?

Namun, jangan anggap kecil Cagiva yang kini dimotori si cerdik Kocinski. Doug Chandler seangkatan Doohan yang tahun lalu di atas sadel Cagiva, ternyata bisa mengatasi sirkuit cepat ini. Dengan pembaharuan di sana-sini — juara pada GP awal di Eastern Creek — bukan tidak mungkin Cagiva dengan Kocinski diatasnya akan kembali membabat para seterunya.

Lalu, Kevin Schwantz?

"Saya tahu persis siapa Doohan," katanya. Schwantz juga tentunya paham Hockenheim milik Honda. Sebab, betapapun dia ngotot tahun lalu, Beattie yang ber-Honda sulit diungguli sampai garis finis. Maka, Schwantz pun harus puas di tempat kedua. Dengan pengalaman ini Schwantz nampaknya perlu perjuangan khusus, bagaimana caranya bisa mengambil Doohan. "Doohan itu," menurut Schwantz, "dalam keadaan cedera pun harus diperhitungkan." Apalagi sekarang, ya?

(Penulis: Indrie HP Koentjoro, Mingguan BOLA Edisi No. 536, Minggu Kedua Juni 1994)