Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
drama yang akan mencuat di pentas Piala Dunia 1994.
Siapa saja orang-orang di balik layar 24 tim finalis yang akan memeras keringat sepanjang satu bulan penuh itu? Inilah sosok para arsitek itu.
Alfio Basile (Argentina)
Sejak menggantikan Carlos Bilardo, ia membuat prestasi fenomenal: Argentina tak terkalahkan dalam 33 kali penampilannya, sebelum dihajar Kolombia 2-1. Perokok berat ini adalah mantan bek Argentina. Ia, kini 51, digambarkan sebagai bodyguard mafia. Usai Piala Dunia 1990, ia menggantikan Bilardo.
Clemens Westerhof (Nigeria)
Tinggi besar, disiplin, tapi kupingnya tebal. Itulah sosok orang Belanda ini. Disiplin tadi diwariskan dari jiwa militernya. Nigeria dibentuknya sejak 1989. Ketika gagal ke Italia 1990, dan melihat hasil Kamerun di sana, ia berjanji akan membuat timnya lebih hebat daripada tetangganya itu.
Dimitar Penev (Bulgaria)
Ia dijuluki ahli strategi karena kemampuan membaca permainan, lalu dengan cepat mengubah strategi dalam keadaan kritis. Ia, dan timnya, membuat Prancis gagal ke Amerika Serikat karena gol Emil Kustadinov sepuluh detik menjelang bubaran. Juli 1991 ia mulai menjabat pelatih nasional.
Alketas Panagoulias (Yunani)
Anggota Partai Konservatif Yunani ini pernah kecewa karena gagal menjadi anggota Parlemen dalam pemilu Oktober 1993. Kini ia mencatat sejarah emas: membawa Yunani ke putaran final untuk pertama kalinya dengan rekor tak terkalahkan. Bagi Panagoulias, 60, AS adalah tanah airnya yang kedua. Ia pernah melatih tim nasional Paman Sam itu tahun 1982 sampai 1985.
Arrigo Sacchi (Italia)
Mantan penjual sepatu keliling ini tampaknya sengaja direkrut dengan harapan semangat AC Milan dapat dibawa ke dalam tim nasional mereka. Tapi dalam berbagai uji coba, Sacchi selalu bongkar pasang. Milan memang beda dengan Italia. Sebagai manajer ia pernah mengasah Parma, dan kemudian Milan sampai 1991. Lalu ia menggantikan Azeglio Vicini.
Miguel Mejia Baron (Meksiko)
Gaya Menotti banyak mewarnai cara dokter gigi ini melatih. Ia berharap partai pertama melawan Norwegia dapat dimenangkan. Baron pernah jadi asisten Bora Milutinovic ketika di klub Pumas, dan Meksiko tahun 1986, sebelum naik panggung Desember 1992.
Jack Chartlon (Irlandia)
Dia orang Inggris yang paling dicintai di Irlandia. "Big Jack", 60, pernah mendapat penghargaan Freedom of the City of Dublin karena jasanya membawa Irlandia ke perempatfinal Italia 1990. Gaya Inggris tentu saja mewarnai timnya.
Egil "Drillo" Olsen (Norwegia)
Ia menciptakan istilah baru: sepakbola efektif. Jadi bukan cuma keindahan dan seni. Yang penting: bermain untuk menang, dan menang. Kini ia sedang mengarang buku dengan judul yang sama. Olsen, 52, dosen senior pada Univiersity of Sports and Physical Education, dijuluki "Drillo" karena dulu ia terkenal sebagai pemain sayap yang dapat menggiring bola dengan indah.
Paul Van Himst (Belgia)
Michel D'Hooge, ketua PSSI-nya Belgia, terpaksa membujuk Van Himst. Bukan apa-apa, jiwa memimpinnya baik. Ia pun menguasai dua bahasa utama di Belgia, Prancis, dan Belanda. Pemain dapat menyampaikan keluhannya dengan bahasa yang disukainya. Sejak Mei 1991 ia menggantikan Guy Thys.
Dick Advokaat (Belanda)
Kalau rakyat Belanda ditanya siapa yang paling cocok menjadi pelatih nasional saat ini, jawabannya pasti Johan Cruyf! Ya, itulah jawaban yang tak mengenakkan bagi Dick. Ia memang selalu berada dalam bayang-bayang Cruyf, dan Rinus Michels. Tahun 1990 ia menjadi asisten Rinus, dan usai Piala Eropa 1992 ia dikontrak menjadi manajer hingga 1996.
Abdellah Ajri (Maroko)
Pelatih rangkap, itulah keahliannya, sebab ia juga jago melatih senam. Di Amerika ia yakin timnya menyikat Arab Saudi dan imbang dengan Belgia, untuk kemudian lolos ke babak kedua.
Jorge Salari (Arab Saudi)
Ia datang karena Raja Fahd secara khusus meminta pada Presiden Argentina, Carlos Menem, agar Salari mau melatih Arab, menggantikan Leo Beenhakker. Bagi Salari, melatih tim Arab tidak mudah, karena harus benar-benar memperhatikan waktu beribadah mereka.
(Penulis: Tim BOLA - Laporan Khusus Piala Dunia, Mingguan BOLA Edisi No. 537, Minggu Ketiga Juni 1994)