Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Meski tidak ada satupun atlet Kepri yang melaju ke semifinal, Kota Batam dan Kepulauan Riau justru menjadi tertantang. Menjadi tuan rumah, Batam merasa harus mengambil pelajaran besar dari ajang ini.
Ketua Pengkot PBSI Batam Sukriadi menegaskan, turnamen ini sangat penting bagi perkembangan bulu tangkis Batam. Atlet-atlet muda Kepri memang belum bisa bersaing dengan atlet dari PB-PB dari pulau Jawa. Namun, antusiasme mereka di turnamen ini menjadi modal penting bagi pembinaan bibit lokal.
“Di Jawa mereka tidak kesulitan mencari pemain. Tapi di Batam persoalannya lain. Makanya kami tidak membebani target tinggi bagi atlet Batam, minimal sampai babak kedua saja. Yang penting ialah antusiasme untuk memancing anak-anak muda serius di bulu tangkis,” katanya.
Di Kepri sendiri sudah banyak tumbuh klub meski tidak semuanya aktif. Kota Batam menjadi pusat pembinaan dengan keunggulan infrastruktur yakni sekitar 100 lapangan dari 10 GOR.
Di Batam, ada tiga klub besar yang tengah getol membina atlet muda, yakni PB Banda Baru, CBN (Cahya Bulu Tangkis Nusantara), dan Batam Pratama. Selain di klub, turnamen juga digiatkan melalui sekolah, mulai dari SD, SMP, sampai SMA.
Batam juga memiliki keunggulan lain yakni kedekatan geografis dengan Malaysia dan Singapura. Pada libur sekolah, Batam menggelar semacam summer camp sekaligus uji coba yang diikuti oleh atlet-atlet muda dari tiga negara.
“Kami percaya untuk membentuk bibit andal tidak bisa instan, butuh waktu dan keseriusan. Nah, mulai tahun ini kami akan lebih serius menggiatkan turnamen di Batam,” lanjutnya.