Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jelang Laga Milan Vs Surabaya Selection

By Caesar Sardi - Senin, 7 April 2014 | 19:00 WIB
Ketua Liga Amatir PSSI, Agum Gumelar bersama Fabio Capello, pelatih AC Milan dalam acara sambutan kedatangan AC Milan di bandara Soekarno Hatta. (Dok. Mingguan BOLA)

Akhirnya dipastikan juga bahwa AC Milan, setelah melawan Persib di Jakarta, akan melakukan satu pertandingan di Surabaya melawan sebuah tim dadakan, Surabaya Selection.

Banyak yang ragu pada keberhasilan pertandingan kedua di Surabaya itu, terutama dari segi keamanannya, mengingat sempitnya stadion Gelora 10 November. Tapi banyak pula yang optimis, sebab bukan sekali ini Surabaya menjadi pelaksana pertandingan besar.

Apa yang diharapkan?

"Siapa tahu Milan bisa kami imbangi," jawab H. Soesanto, manajer tim Surabaya Selection.

Tidak mustahil. Sebab di masa-masa lalu sejumlah hasil menggembirakan sudah dicatat oleh tim arek-arek Suroboyo.

Misalnya Dukla Praha dari Cekoslowakia yang ditahan 2-2. Kemudian hanya kalah 2-3 dari Grasshopper Swiss dan tim tenar Ajax Amsterdam di masa jaya Ruud Krol dan lainnya. Lalu nyaris menang 1-0 atas Rosario Central dari Argentina, andai gol Abdul Kadir tak dianulir wasit karena ia dianggap off-side.

Yang terakhir untuk dikenang adalah kemenangan Niac Mitra atas Arsenal Inggris 2-0. Niac ketika itu sedang jaya-jayanya dengan nama-nama pemain seperti Rudy Kelces, Djoko Malis, dan tentunya dua pemain asal Singapura, Fandi Ahmad dan David Lee.

"Untuk mengalahkan AC Milan memang sulit, tetapi jika kami berhasil imbang, apa masih ada bonus bagi kami?" gelitik Soebodro yang bersama Rusdy Bahalwan menangani tim pilihan kota Pahlawan. Tim ini, seperti juga Persib, memang dijanjikan bonus 25 ribu dolar jika berhasil mengalahkan Milan.

"Soal bonus itu sunah. Kalau ada ya alhamdulillah. Yang jelas uang pertandingan 15 juta rupiah sepenuhnya untuk pemain. Yang penting bagi kami mereka harus bermain sebaik mungkin," kata Santo yang juga manajer Mitra Surabaya itu.

Kebanggaan

Bagi para pemain, melawan Milan merupakan kebanggaan. Mereka akan menarik pelajaran secara langsung dari bintang-bintang tenar.

"Saya tak pernah memimpikan bermain satu lapangan dengan Milan. Ini kejutan yang membahagiakan," tutur Ibnu Grahan, gelandang asal Mitra.

Lain lagi komentar pemain senior Herry Kiswanto yang juga terpanggil memperkuat Surabaya Selection. Walau sudah banyak makan asam garam tetapi keinginan untuk bertanding melawan tim sebesar Milan bagai mimpi saja.

"Nama besar Milan pasti ada pengaruhnya. Tetapi yang penting bagaimana menghilangkan rasa gentar saat bertemu di lapangan. Yang jelas kami tak ingin mengecewakan," kata Herry.

Hal sama diucapkan juga oleh peraih sepatu emas Kompetisi Divisi Utama PSSI 1994, Agus Winarno. "Kami akan fight menghadapi Milan. Ini pelajaran berharga yang tak akan kami sia-siakan," katanya mantap.

"Sebelum bertanding mungkin gentar. Tetapi ketika berada di lapangan semua perasaan gentar bisa hilang. Yang ada hanya keinginan mengimbangi lawan," tutur Soebodro menceritakan pengalaman ketika berhadapan dengan tim luar negeri di masa ia bermain pada tahun 1970-an.

Semua memang akan memetik pelajaran berharga dengan kedatangan Milan. Bukan hanya pemain dan pelatih tetapi juga penonton. Nah, yang terakhir inilah diharap bisa berlaku sebaik mungkin dalam menjaga tata tertib. Jadilah penonton yang baik!

(Penulis: Roosyudhi Priyanto, Mingguan BOLA Edisi No. 535, Minggu Pertama Juni 1994)