Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Maradona Primadona Bilardo Juga Jago (2)

By Caesar Sardi - Rabu, 12 Maret 2014 | 19:05 WIB
Carlos Bilardo dan Diego Maradona. (Dok. Mingguan BOLA)

sisa Piala Dunia. Tapi pasti bukan ampas. Malah boleh jadi akan menjadi salah satu topik utama dalam buku-buku tentang Piala Dunia Meksiko. Atau lebih khusus lagi, tentang final Piala Dunia 86 itu.

Saya yang pertama menjawab. Saya bilang, nampaknya tugas itu akan dibebankan kepada gelandang agresif Lothar Mathaus. Begitu saya selesai mengucapkan nama itu, begitu pula baik Iswadi maupun Jeffrey menyatakan ketidak-setujuannya. "No way," kata Iswadi. "Mana boleh jadi?" tukas Jeffrey.

Saya sendiri sebenarnya tak begitu yakin. Alasan saya sama seperti alasan Iswadi dan Jeffrey. Mathaus terlalu berharga untuk hanya jadi pengawal Maradona. Ia gelandang yang agresif dan produktif. Tembakan bebasnya di menit terakhir melawan Maroko telah membebaskan Jerbar dari neraka perempat-final di Monterrey.

Tapi saya jadi percaya Beckenbauer akan menempuh cara itu karena info yang saya terima dari "orang dalam". Siang itu saya menerimanya dari dua orang Jerman yang pasti boleh dipercaya. Yang pertama Rolf Russmann, bek tengah Jerbar dalam Piala Dunia 78 dan kemudian Paul Breitner, bek kiri Jerbar dalam Piala Dunia 74 yang jadi gelandang dalam Piala Dunia 82.

"Kami membutuhkan orang bebas untuk mengawal Maradona. Briegel tak bisa karena ia harus menjadi bek kiri. Foerster punya tugas lain, mengawal Valdano. Berthold? Ia masih belum mampu untuk mengawal pemain sehebat Maradona. Jadi saya kira pilihan Beckenbauer memang pada Mathaus," tutur Russmann.

Breitner, yang datang kemudian di tempat kami berwawancara, kantor perwakilan majalah Bild, mengamini keterangan rekannya. "Saya kira itulah memang yang akan terjadi di lapangan nanti. Mathaus adalah pilihan yang tepat untuk mengawal Maradona," ujarnya.

Primadona

Dan itulah memang yang terjadi pada siang bolong di Stadion Azteca esoknya. Sepanjang babak pertama pertarungan final yang disiarkan televisi ke 162 negara itu setiap gerakan Maradona ada dalam bayang-bayang pengawalan Mathaus. Memang bukan "tempel mati" seperti Gentile melakukannya di Spanyol empat tahun lalu, tapi gerakan Maradona memang cukup terganggu. Setidaknya ia tidak bisa bergerak sebebas dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya ketika pelatih-pelatih lawannya menganggap percuma saja mengawal Maradona.

bersambung

(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 125, 18 Juli 1986)