Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Inggris, Terburuk Di Antara Sepakbola Britania (3)

By Caesar Sardi - Rabu, 5 Maret 2014 | 17:10 WIB
Tim Inggris yang akhirnya mengecewakan banyak penggemar dengan penampilannya yang buruk. Berdiri dari kiri: Trevor Francis, Peter Shilton, M. Wright, Mike Hateley, C. Waddle, dan Terry Butcher. Jongkok dari kiri: Ken Sansom, Ray Wilkins, Bryan Robson, dan (Dok. Mingguan BOLA)

tim lain di grup F. Ia bahkan menganjurkan penonton tidak usah datang ke stadion. "Lihat saja di televisi," katanya seperti dikutip oleh satu-satunya koran berbahasa Inggris di Meksiko, The News.

Pengakuan yang jujur. Tapi, tentu hal itu belum merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa sepakbola Inggris seperti tak mempan untuk Piala Dunia 86 di Meksiko ini, yakni Piala Dunia yang kedelapan sejak mereka mulai ikut ambil bagian pada 1950.

Tidak Menggairahkan

Benarkah Inggris tak lagi menganggap Piala Dunia cukup penting? Tak masuk akal, sebab mereka berkelahi dengan gigih untuk mendapatkan tiketnya ke Meksiko sebagai juara grup 3 Eropa. Apakah barangkali Inggris cukup puas hanya dengan kompetisi dalam negerinya yang keras dengan tradisi begitu panjang? Tak bisa dipercaya juga. Buktinya, mereka terus minta dan merengek agar larangan tak boleh ikut kompetisi Eropa akibat tragedi Heysel segera dicabut.

Seorang wartawan Inggris yang saya temui di Centra De La Prensa (Press Center), seperti juga penilaian wartawan The News, menunjuk panasnya udara sebagai faktor yang membuat permainan tim Inggris tidak bisa berkembang layak. Hari ketika melawan Maroko, suhu udara di Monterrey memang mencapai 32 derajat Celsius. Cukup panas untuk pemain-pemain yang terbiasa dengan lebih banyak hawa dingin. Maroko bisa dimengerti lebih mampu mcnghadapinya, begitu pula Portugal yang terletak di kawasan Eropa yang agak panas.

Tapi, Polandia dengan musim dingin yang juga panjang, terbukti bisa mengalahkan Portugal - meski dengan penampilan buruk seperti dikecam Boniek. Dan, sebelum itu setengah mati berjuang untuk dipaksa puas dengan skor tanpa gol melawan Maroko.

Ketika tulisan ini dibuat, memang saya masih harus menunggu pertandingan anak-anak asuhan Bobby Robson ini melawan Polandia sebelum memberikan penilalan pasti atas penampilannya. Tapi, tanpa itu pun sudah cukup untuk mengerinyitkan dahi, sebab Inggris ternyata lebih tidak menggairahkan dibanding dua tim lainnya dari Britania Raya, Skotlandia dan Irlandia Utara.

bersambung

(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 120, 13 Juni 1986)