Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Belum seragamnya filosofi pembinaan sepak bola di Tanah Air membuat seorang pelatih belum bisa membedakan antara peran teaching dan coaching, dalam proses pembinaan jangka panjang. Kebanyakan pelatih di Indonesia sudah berperan sebagai coaching, bahkan dalam pembinaan usia dini.
Di beberapa SSB di Indonesia, peran coaching sudah mulai sejak membina pemain usia sembilan tahun.
Menurut Muhammad Arifin, hal itu kurang tepat. Dari berbagai ilmu yang ia pelajari termasuk kurikulum di SSB Real Madrid Foundation, tahap pembinaan antara 0 hingga 14 tahun, seorang pelatih harus menerapkan peran teaching. Ia menjadi guru yang mengajar si pemain.
Di Spanyol, pada tahap itu kebanyakan atlet atau pesepak bola harus berkumpul dengan keluarga mereka sehari-hari. Belum ada akademi dengan menginapkan pemain di usia ini.
Bahkan untuk kejuaraan pada usia 0-14 seharusnya bersifat festival. Dalam satu tim, semua pemain harus bermain. Hal ini sudah dilakukan di Kompetisi Kompas Gramedia U-14, sejak 2013. "Hal ini menuntut pelatih harus menggilir pemainnya untuk bermain," kata anggota Komite Pembinaan Usia Muda PSSI itu.
Perbedaan teaching dan coaching adalah tujuannya. "Teaching itu tujuan akhirnya membentuk manusia yang berkarater, sementara coaching adalah membentuk pemenang," kata Arifin.
Coaching
Sementara peran coaching bagi pelatih itu baru berlangsung ketika menangani pemain usia 15 tahun ke atas, di mana seorang atlet atau pesepak bola sudah berlatih secara khusus. "Di usia ini atau tahap ini seharusnya sudah tidak ada problem teknis pada si pemain," kata Arifin.
Dalam tahap ini sangat memungkinkan jika pemain atau atlet tinggal di asrama atau akademi karena secara mental mereka sudah mulai siap dan mandiri. Hal ini juga diterapkan di Akademi Real Madrid di Valdebebas, di mana pemain muda yang dimiliki Real Madrid mulai umur U-16.
Peran orang tua menurut Arifin juga sangat menentukan karena mereka pun harus memiliki kesepahaman dengan pelatih agar pembinaan sukses.