Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
sisa Piala Dunia. Tapi pasti bukan ampas. Malah boleh jadi akan menjadi salah satu topik utama dalam buku-buku tentang Piala Dunia Meksiko. Atau lebih khusus lagi, tentang final Piala Dunia 86 itu.
Carlos Bilardo, dokter medis yang mengambil alih jabatan dari Cesar Menotti pada Mei 1983 ini, ternyata seorang ahli strategi yang ulung. Ia telah membuat antisipasi yang tepat untuk menghadapi tim yang dipastikannya akan memasang pemain khusus untuk menempel Maradona. Caranya, dengan memberi peran lebih defensif pada Maradona, dan bersama itu Buruchaga dijadikan penggantinya yang agresif, mengoyak, dan menyerang bersama Valdano dan Enrique.
Ketiga gol Argentina yang memang melibatkan ketrampilan pemain-pemain itu (Valdano mencetak gol kedua dari umpan Enrique), dan Maradona tetap menjadi pemain kunci dalam keterbatasan geraknya, cukuplah menjadi bukti kepiawaian strategi Bilardo.
Dan hebatnya, Bilardo amat bijaksana untuk tidak menganggap sukses Argentina merebut Piala Dunia dua kali dalam delapan tahun itu sebagai hasil karyanya dari luar lapangan, ataupun kehebatan dua tiga pemainnya.
"Saya selalu bilang, sepakbola harus dimainkan sebagai olahraga tim. Hari ini kami bermain sebagai sebuah tim," katanya dalam konferensi pers seusai pertandingan.
Memang, seperti Argentina tak bisa terus menerus menggantungkan kekuatannya pada Maradona. Jerbar lebih-lebih tak mungkin mengandalkan kekuatannya pada Mathaus atau pun pemain lain manapun.
Argentina, pada saat yang amat tepat, membuktikan kepada dunia bahwa sepakbola adalah permainan sebelas orang yang hanya bisa hebat berkat gemblengan disiplin dan kerjasama bertahun-tahun. Setidaknya untuk Argentina tiga tahun.
(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 125, 18 Juli 1986)