Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Maradona Primadona Bilardo Juga Jago (3)

By Caesar Sardi - Rabu, 12 Maret 2014 | 19:10 WIB
Carlos Bilardo dan Diego Maradona. (Dok. Mingguan BOLA)

sisa Piala Dunia. Tapi pasti bukan ampas. Malah boleh jadi akan menjadi salah satu topik utama dalam buku-buku tentang Piala Dunia Meksiko. Atau lebih khusus lagi, tentang final Piala Dunia 86 itu.

Tapi Maradona tetap Maradona. Ia memang primadona yang terpilih karena kelasnya yang istimewa. Dalam keterbatasan geraknya ia toh tetap berharga. Hanya saja kali ini lebih untuk kepentingan timnya. Ia lebih banyak bertindak sebagai tembok untuk serangan-serangan kilat: ia menjadi dirigen yang mengatur permainan dari belakang.

Kemampuan teknisnya yang hebat juga hanya membuat lawan yang terlampau bernafsu mengunggulinya bisa jadi semacam barang mainan. Wasit Brasil Romualdo Arppi Filho malah menghukum Briegel ketika Maradona menabraknya dan jatuh dengan pura-pura kesakitan. Dalam kesempatan lain, Mathaus kena kartu kuning karena "memakan" Maradona. Dan tendangan bebas Buruchaga dari situ menghasilkan gol pertama Argentina lewat tandukan libero Jose Luis Brown.

Dengan perkataan lain, seperti anggapan Iswadi, Jeffrey, dan kemudian juga kolumnis baru Kompas Ronny Pattinasarani, percuma saja Beckenbauer menugasi Mathaus menempel khusus Maradona. Sang bintang lepas juga, dan Jerbar sendiri tak bisa memanfaatkan kemampuan Mathaus sebenarnya sebagai gelandang yang agresif dan produktif.

Di babak kedua Mathaus memang tak lagi menempel Maradona. Tugas itu diberikan secara "wajar saja" kepada bek tengah Foerster yang ternyata cukup berhasil. Dan Mathaus memang jadi lebih efektif di daerah pertahanan Argentina. Dialah yang menerima tendangan sudut Brehme dengan kepalanya untuk diteruskan Voeller menjadi gol kedua Jerbar pada menit 80.

Bilardo

Strategi Beckenbauer di babak pertama dengan mengorbankan Mathaus memang menjadi lebih penting dipersoalkan kalau saja empat menit kemudian Buruchaga tidak mencetak gol ketiga Argentina, memanfaatkan umpan terobosan Maradona untuk mengoyak pertahanan lawan dengan kecepatan dan determinasi mengagumkan.

Memang, dengan Mathaus kembali pada bentuk permainan normalnya, serangan Jerbar lebih efektif. Tapi bukankah Maradona juga jadi lebih bebas bergerak? Dan jangan lupa, Argentina tak hanya punya Maradona, tapi juga pelatih Carlos Bilardo yang jago.

bersambung

(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 125, 18 Juli 1986)