Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Catatan Pojok: Mengadu Strategi Di Piala Dunia

By Caesar Sardi - Selasa, 4 Maret 2014 | 20:00 WIB

pertandingan sepakbola, terutama kejuaraan akbar semacam Piala Dunia. Misalnya, empat tahun lalu di Spanyol, tak satu pun ramalan, baik itu hasil pengamatan para ahli sepakbola, maupun peralatan canggih yang bernama komputer, menyebut-nyebut Italia sebagal tim favorit juara. Nyatanya, Paolo Rossi cs tampil di final dan mengalahkan Jerman Barat.

Akankah muncul kejutan sebesar hasil Piala Dunia di Spanyol? Pertanyaan itu sebaiknya tak perlu kita jawab. Biarlah hal itu terus menjadi pertanyaan, sampai akhir bulan ini.

Yang jelas, pertandingan-pertandingan di Meksiko semakin ramai, setelah beberapa tim unggulan muncul dengan penampilan yang memble. Sementara di sisi lain, ada kuda hitam tampil mengancam tim-tim favorit.

Inggris yang diperhitungkan punya peluang menjadi juara untuk kedua kalinya, setelah mereka menjuarai kejuaraan itu 20 tahun lalu, ketika menjadi tuan rumah, ternyata kandas 1-0 menghadapi Portugal dan ditahan seri oleh tim dunia ketiga, Maroko.

Sebaliknya Denmark, tim yang tadinya menjadi kuda hitam dan kemudian luntur warnanya menjelang Piala Dunia, ternyata setelah menghancurkan tim unggulan lainnya, Uruguay yang juara dua kali Piala Dunia, kembali disebut-sebut sebagai tim yang bakal membuat kejutan.

Pele, si Mutiara Hitam dari Brasil, yang sekarang menjadi komentator, melihat akan muncul lagi banyak hal menarik dalam Piala Dunia yang sedang berlangsung di negeri sombrero itu.

Pertandingan-pertandingan berat semacam Piala Dunia ini, yang menjadi makin berat karena udara Meksiko merupakan musuh yang tak bisa dikalahkan oleh pemain-pemain Eropa, menurut bekas raja sepakbola dari Brasil itu akan menelan korban tim favorit lainnya.

Ini berarti, hasil yang dicapai pada pertandingan-pertandingan babak pendahuluan bukan suatu jaminan untuk melicinkan jalan menuju babak berikutnya.

Misalnya, bekas raja gol dari Brasil itu kelihatan ragu apakah Uni Soviet yang tegar di babak pendahuluan mampu mempertahankan keperkasaan mereka pada babak-babak berikutnya. Pola permainan mereka yang mengharuskan penggunaan tenaga dan daya tahan yang luar biasa di udara "sejahat" Meksiko, menjadi pertanyaan. Apakah justru bisa menjadi bumerang yang mematikan. '

Bila kita mau menafsirkan lebih dalam ucapan Pele, berarti pada babak-babak berikutnya dari Piala Dunia akan terjadi banyak perubahan langgam dan irama permainan dari setiap tim yang belum tersisih.

Dan, daya pikat Piala Dunia bukan hanya sekadar permainan pemain-pemain terbaik dunia yang memperkuat negaranya masing-masing, tetapi juga kebolehan para manajer dan pelatih menerapkan strategi dan taktik mereka pada setiap pertandingan.

Pertandingan-pertandingan di Piala Dunia memang seperti lari jarak jauh. Bila kita ingin menjadi juara, harus pandai mengatur langkah. Tidak boleh tertinggal pada saat start dan mampu melakukan sprint di saat menjelang garis akhir.

Saya merasakan betapa seru dan menariknya para manajer dan pelatih bertarung di luar lapangan dalam usaha mereka mencapai hasil paling baik buat timnya. Di sini kehebatan para ofisial itu benar-benar diuji menghadapi pertandingan-pertandingan berat dan menyiksa seperti di Piala Dunia Meksiko.

Dan buat kita, apa yang diperagakan oleh tim-tim peserta kejuaraan sepakbola paling akbar di dunia ini merupakan pelajaran sekaligus perbandingan buat sepakbola Indonesia. Kita jadi sadar berapa kelas sepakbola di negeri ini tertinggal.

Sepakbola dunia sendiri sudah semakin kompleks. Pertandingannya ibarat perang, yang menggunakan peralatan semakin canggih dan tidak lagi hanya mengandalkan peralatan konvensional. Dari sini pula kita bisa menarik pelajaran banyak, kalau kita tak mau ketinggalan.

(Penulis: Sam Lantang, Mingguan BOLA Edisi No. 120, 13 Juni 1986)