Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Susi Susanti: Lebih Bergengsilah!

By Caesar Sardi - Kamis, 13 Maret 2014 | 17:30 WIB
Susi Susanti. (Stefan Sihombing)

sertakan cabang olahraga bulutangkis ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas lagi telah membuahkan hasil. Cabang tersebut akan dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Lantas bagaimana tanggapan para pemainnya dalam menyongsong pesta olahraga multi event itu? Mengingat selama keikut-sertaan Indonesia di ajang tersebut, belum pernah sekali pun membuahkan hasil medali emas, dan peluang untuk mewujudkannya sangat terbuka di Barcelona. Berikut tanggapan Susi Susanti.

Siapa kini yang tidak mengenal Susi Susanti, juara Piala Dunia di Guangzhou, Cina, Juara Indonesia Terbuka, dan terakhir semifinalis di final Grand Prix, Singapore? Nama gadis kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 ini pun lalu menjadi identik dengan bulutangkis di Tanah Air.

"Bulutangkis memang baru untuk pertama kali di Olimpiade jadi jelas merupakan peristiwa yang penting sekali. Pasti saya ingin ikut dong," komentarnya tentang Olimpiade Barcelona 1992.

Olimpiade merupakan pertandingan sangat besar. Soalnya seluruh dunia, seluruh jenis olahraga, kumpul di situ. Jadi lebih bergengsilah," lanjut gadis yang bermain bulu tangkis sejak umur delapan tahun ini.

Tentang peluangnya untuk ikut di pesta olahraga itu nanti, Susi menyatakan bahwa itu tergantung dari hasil penyaringan lewat putaran grand prix. Tapi saya, akan berusaha, agar bisa lolos," katanya tersenyum.

Bagi gadis yang doyan makan bakso ini, kesempatan bisa ikut bertanding di Olimpiade merupakan suatu tantangan. "Dan untuk itu saya akan meningkatkan latihan, biar tahun depan dalam putaran grand prix, bisa lebih baik dari tahun 1989 ini."

Cina, Korsel, dan Denmark, menurut Susi, tetap merupakan negara-negara yang patut diperhitungkan sebagai lawan berat. Cina punya pemain-pemain yang masih muda-muda tetapi sudah mulai menonjol, seperti Tang Jiuhong dan Huang Hua. Namun di samping itu, Susi juga mengingatkan akan adanya ancaman dari negara-negara yang selama ini memang belum terdengar perkembangan bulutangkis, tapi kini sudah mulai maju, seperti AS dan Rusia.

"Kans untuk menang sih ada, cuma saya nggak bisa ngomong langsung, soalnya musuh kan banyak," jawabnya sewaktu ditanya kans untuk menang. "Maunya sih emas, tapi jangka waktu tiga tahun kan nggak bisa ditebak begitu saja. Kita lihat jeleknya saja deh, kalau sekiranya ada yang cedera. Kan susah ya, atlet juga kan banyak sekali risikonya. Jadi belum bisa dilihat."

"Yang jelas, Olimpiade menaikkan gengsi bulutangkis," katanya. Susi akan tetap menjadi titik perhatian kita mempersembahkan medali emas di gelanggang istimewa itu. Tetapi, Liang Chiusia sebagai pelatih tetap belum merasa puas. Chiusia berkeinginan memoles pemain lain untuk bisa mendampingi Susi.

Suatu kebanggaan bila sampai mengantarkan Susi mewujudkan impiannya.

(Penulis: T.D. Asmadi, Ian Situmorang, Linda Wahjudi, dan Tota Tobing, Mingguan BOLA Edisi No. 306, Minggu Pertama Januari 1990)