Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Persaingan untuk mendapatkan sponsor tidak hanya dirasakan klub di level tertinggi. Klub kasta kedua, Divisi Utama, juga merasakan betapa sulitnya menggandeng investor atau sponsor untuk membantu membiayai kebutuhan klub.
Dengan daya tarik dan nilai jual tak sebesar klub LSI, klub Divisi Utama harus rela berburu calon sponsor, yang rata-rata berskala lokal. Melihat pengalaman musim sebelumnya, perusahaan berskala lokal itu tak bersedia menjadi sponsor utama dan hanya bersifat menyokong klub.
Fakta itu tidak membuat klub berkecil hati. CEO Persip Pekalongan, Budi Setiawan, berujar apabila dihitung per sponsor, nilai kerja sama dengan perusahaan lokal memang tak seberapa jika dibandingkan dengan pengeluaran klub.
“Namun, jika berhasil menggaet beberapa perusahaan, nilainya bisa signifikan. Hal itu membuat kami rajin mengajak perusahaan lokal untuk bekerja sama dengan Persip,” ujar Budi.
Budi, yang juga pemilik sebuah perusahaan roti dan kue ternama di Pekalongan, ikut andil di Persip. Musim lalu, nama roti dan kue itu tertampang di bagian dada jersey Persip.
Musim ini, Persip, calon kontestan Divisi Utama 2014, juga tetap disokong perusahaan roti dan kue itu. Toko-toko batik yang menjamur di Pekalongan kembali diajak bekerja sama.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Aning Jati
Tulisan ini adalah bagian dari "Kampanye BOLA untuk Indonesia - Bangga Sepak Bola Kita"