Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gol Penentuan Nasib Jajang Nurjaman

By Caesar Sardi - Jumat, 14 Februari 2014 | 19:00 WIB
Semua pemain dan ofisial, ketua umum Persib dan Walikota Ateng Wahyudi, bekas ketua umum Persib Solihin GP, dan sejumlah suporter, larut dalam lautan api kegembiraan di Stadion Utama Senayan. Kegembiraan yang pantas setelah berjuang 25 tahun, dan gagal da (Dok. Mingguan BOLA)

Stadion Utama Senayan seperti akan runtuh ketika Jajang Nurjaman. sayap kiri Persib Bandung, menekuk bek kanan Perseman, Aris Kapissa, di dekat garis gawang. Apalagi setelah bekas pemain sayap Mercu Buana Galatama itu mampu memperdayai kiper Markus Wood, sehingga lahirlah gol di menit 70.

Itulah gol tunggal, gol yang membawa Persib menjadi juara setelah merangkak seperempat abad. Jajang melepaskan kegembiraannya dengan berlari sambil mengangkat tangannya. Wawan Karnawan, pemain sayap lainnya yang berdiri paling dekat dengan Jajang, langsung menubruknya. Mereka berpelukan.

Pekik sorak, trompet, beduk, dan segala bebunyian saling bersahutan. Di belakang gawang Persib, sebuah kembang api berwarna merah menyala. Terangnya membuat kegembiraan pendukung Persib bertambah.

Di antara 90.000 penonton yang Selasa malam itu datang ke Senayan, adalah seorang wanita Batak yang merunduk. Ada rasa haru berbaur di wajahnya. Dialah Anda Panggabean, istri Jajang, putri tokoh sepakbola terkenal dari Sumatera Utara, Kamaruddin Panggabean.

Bagi Jajang, gol tersebut sangat menentukan nasibnya di masa datang. Kenapa begitu? Lewat gol tersebut, banyak orang Persib berharap promosi Jajang sebagai karyawan di bank Bumi Daya akan cepat jadi kenyataan.

Tanah Kelahiran

Sejak lepas dari Mercu Buana, ayah dua putri ini kembali ke Bandung. Tak banyak yang bisa diharapkan lagi di kota Medan tempatnya malang melintang selama hampir lima tahun. "Saya ingin susah dan senang di tanah kelahiran," katanya.

Kepulangan Jajang, tentu saja merupakan berita amat bahagia bagi para pengurus Persib yang memang sejak tahun 1983 agak minus di posisi penyerang. Bagi Jajang sendiri, bergabung dengan Persib bukan hal yang istimewa. Tahun 1977 ia pernah bermain di Persib yunior.

Namanya memang tak sempat melambung ketika itu. Ini tidak lain karena ketika Junarsono Bardosono membentuk klub Sari Bumi Raya Galatama, ia ikut direkrut. Tak berapa lama di klub itu, ia hijrah ke Medan untuk bergabung dengan Mercu Buana, klub milik Probosutedjo.

Waktu itu manajer klub tersebut adalah Kamaruddin Panggabean. Tapi Jajang sama sekali tidak pernah bermimpi ketika berangkat sebagai lajang Priangan akan tertambat di sana, pada anak gadis sang manajer.

Rupanya salah satu putri Kamarudin itu diam-diam selalu memperhatikan gerak-gerik Jajang. Lama-lama saling suka, dan kemudian pemuda kelahiran 30 Mei 1958 itu pun resmi meminang Anda.

Tak lama pula, hasil dari perkawinan itu pun muncul. Seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik, Mira, sekarang berusia 5 tahun. Tahun lalu, persilangan antara ujang dan butet itu pun kembali melahirkan putri yang mungil dan cantik. Mereka memberinya nama Ina.

Ditanya bagaimana perasaannya setelah mencetak gol, Jajang hanya tertawa. "Yah, biasa, senang juga," katanya. Namun Jajang sendiri kelihatan sama sekali tak merasakan sebagai sang pahlawan. Padahal suka atau tidak, melalui kaki kirinyalah impian masyarakat Jawa Barat umumnya dan Bandung khususnya bisa tercapai.

Jajang sendiri yang memiliki postur 163 cm dan berat 52 kg, sebenarnya tidak lagi selincah dan setajam ketika ia masih main untuk Mercu Buana. Karena kelincahannya dan ketajamannya itulah ia sempat terpilih dalam tim untuk Piala Raja di Bangkok dan Piala Presiden di Seoul.

Memang, tak cukup besar peran yang bisa diberikannya di arena internasional. Tapi kini, untuk Persib, betapa besarnya arti kelincahan Jajang, sang veteran Galatama ini.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Mingguan BOLA Edisi No. 107, 14 Maret 1986)