Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Menolak Leverkusen, Memilih PSSI Garuda (1)

By Caesar Sardi - Rabu, 12 Februari 2014 | 17:00 WIB
Keempat pelatih PSSI Garuda II, dari kanan: M. Solekan, Charles Polleck, Josef Masopust dan Milan Boksa. (Dok. Mingguan BOLA)

Seperti dulu PSSI Garuda menjadi baik di tangan pelatih asal Brasil, Joao Barbatana, kini pun PSSI Garuda II berada di tangan pelatih yang punya kelas tersendiri.

Namanya Josef Masopust, kelahiran Most, Cekoslowakia, 57 tahun lalu. Ia bahkan tidak hanya memiliki reputasi bagus sebagai pelatih, hingga klub Bayer Leverkusen pun tertarik untuk minta jasanya, tapi juga sebagai pemain.

Masopust memang bukan pemain sembarangan. Sampai mengundurkan diri pada usia 35, telah 63 kali ia memperkuat tim nasional Cekoslowakia. Dan dari posisinya sebagai gelandang-penyerang itu tak kurang dari 11 gol telah dicetaknya.

"Gol yang tak pernah saya lupakan tentu saja gol yang saya buat ke gawang Brasil," tuturnya kepada BOLA pekan lalu di Jakarta.

Piala Dunia

Itu memang salah satu kenangan yang paling mengesankan dalam karir Masopust yang panjang. Semua pemain pun mungkin akan bersikap begitu, kendati timnya sendiri kalah.

Pertarungan Ceko melawan Brasil itu terjadi dalam final perebutan Piala Dunia 1962, arena yang sudah menjelaskan dengan sendirinya betapa penting dan tinggi mutunya. "Ceko kalah 3-1, tapi di tengah kekecewaan karena gagal merebut gelar juara dunia, saya masih bisa bergembira. Sebab sayalah yang mencetak gol tunggal Ceko itu," cerita Masopust.

Karena begitu mengesankannya, ia masih ingat hampir semua hal yang berkaitan dengan gol itu. "Saya mencetaknya pada menit 15, dengan tembakan pendek yang menaklukkan kiper Gilmar. Tapi dua menit kemudian Brasil sudah berhasil membalas melalui Amarildo. Lalu di babak kedua mereka membuat dua gol lagi lewat Zito dan Vava".

Pertandingan yang membuat Brasil mempertahankan gelarnya itu berlangsung pada tanggal 17 Juni. Masopust ingat sekali karena itu adalah tanggal kelahiran istrinya. "Dan sekaligus penampilan saya yang ke-50 dalam tim nasional," tambahnya.

Empat tahun sebelumnya, 1958, Masopust juga memperkuat Ceko dalam kejuaraan dunia di Stockholm, Swedia. Tapi Ceko gagal lolos dari babak pertama, dan Masopust pun tak berhasil mcncetak gol. "Kami mengalahkan Argentina 6-1, lalu seri 2-2 melawan Jerman Barat, tapi kemudian dua kali dikalahkan Irlandia Utara".

Di tingkat Eropa, pengalamannya malah tak begitu mengesankan. Hanya ikut satu kali, 1960, dan Ceko gagal ke final karena dikalahkan 3-0 oleh Uni Soviet yang kemudian tampil sebagai juaranya.

Tapi tahun-tahun itulah masa jaya Masopust. Sebagai pemain inti klub Dukla Praha, yang juga pernah melawat ke Indonesia, ia terpilih sebagai pemain terbaik Cekoslowakia maupun Eropa.

Belgia

Karirnya sebagai pelatih dimulai tahun 1970 sekembali dari Belgia di mana ia bergabung sebagai pemain pro pada klub Grossing di Brussels. Dalam satu musim kompetisi, klub itu diangkatnya dari divisi II ke divisi I.

Hanya setahun Masopust menjadi asisten pelatih di Dukla Praha karena klub angkatan darat itu kemudian mengangkatnya sebagai pelatih penuh selama enam tahun.

Setelah itu ia pindah ke klub divisi I lainnya, Brno, dan dalam dua tahun diangkatnya pula klub itu menjadi juara Ceko, meski pada tahun berikutnya merosot lagi ke urutan kedua.

Tahun 1960 ia kembali ke Belgia, kali ini sebagai pelatih klub Hasselt. Empat tahun di sana, ia kembali lagi ke Praha karena panggilan tugas yang terlalu penting untuk ditolak, yakni menangani tim nasional Ceko sendiri.

Sayang, dalam dua kesempatan yang paling penting, Masopust gagal menunaikan tugasnya dengan baik, yakni menuju putaran-final Piala Dunia 86 (disisihkan Jerbar dan Portugal) serta putaran-final Piala Eropa 88 (digusur Denmark).

Karena itulah ia lalu ditarik dari tim nasional, digantikan pelatih yang semula digantikannya, Josef Venglos. Namun demikian tak berarti reputasinya ikut anjlok. Terbukti, salah satu tawaran yang disodorkan kepadanya datang dari Bayer Leverkusen.

(bersambung)

(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi No. 235, 26 Agustus 1988)