Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
pelatih Krama Yudha, iri, Pelita Jaya yang pekan lalu menggondol juara Galatama, memiliki fasilitas yang sungguh wah, jika ditilik dari klub-klub Indonesia pada umumnya.
Memang, siapa sih yang punya stadion seperti Lebak Bulus, siapa pula yang memiliki perkampungan seperti di desa Petir, Sawangan? Lalu siapa pula yang dikelola secara profesional seperti klub itu?
Klub Pelita Jaya memang harus dijadikan contoh untuk masalah-masalah itu.
Tapi, bukan hanya itu. Mereka juga mendahului yang lain dalam masalah pendukung. Dari 18 klub yang berlaga di kompetisi ke-9, nampaknya hanya Peiita Jaya yang memiliki perkumpulan pendukung, namanya Pelita Jaya Fans Club (PJFC).
Perkumpulan ini pun tidak asal tempat ngumpul mereka yang suka nonton bola. Ada aturan mainnya. Uang yang dihabiskannya pun tidak sedikit - Rp 70 juta setahun. Barangkali jumlah ini tak jauh berbeda dengan biaya sebuah klub papan bawah, nun jauh di sana. "Itu baru perhitungan kasar," kata Dono N Nahtono, koordinator suporter PJ tentang jumlah biaya itu.
Namun, semua yang wah ini tidak muncul sehari. Gagasan berdirinya klub sepakbola ini misalnya terjadi kebetulan saja, di sebuah restoran pada saat Bharata Band mendendangkan lagu The Beatles, Yellow Submarine, pada Oktober 1985.
(Penulis: Sumohadi Marsis, Mingguan BOLA Edisi 267. Minggu Kedua April 1989)