Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Piala Liga: Grup Barat Lebih Berat

By Caesar Sardi - Selasa, 18 Februari 2014 | 15:15 WIB
Warna Agung (biru) melawan Makassar Utama. (Dok. Mingguan BOLA)

Setelah tertunda tiga kali, akhirnya turnamen Piala Liga akan jadi juga berputar. 19 April hingga 4 Mei mendatang. Sebelumnya turnamen yang dimaksudkan sebagai penunjang prestasi kompetisi Galatama ini sudah harus berputar 15 Maret. Tanpa pengumuman resmi, diundur hingga 21 Maret. Juga tanpa pemberitahuan resmi, diundur 4 April.

Menurut sekretaris Liga Galatama, Andi Darussalam, penundaan tersebut dilakukan semata-mata hanya karena pihaknya harus menunggu pembentukan tim nasional. "Kami harus menyesuaikan diri dengan pembentukan tim nasional. Soalnya kan banyak pemain Galatama yang kabarnya akan direkrut untuk itu. Jadi setelah jelas program tim nasional, barulah kami bisa menyusun jadwal," katanya pada BOLA.

Selain itu, Darussalam juga mengatakan penundaan tersebut didasari kegiatan tim Liga Selection sendiri. "Ini juga kabarnya kan akan dijadikan tim nasional lainnya. Jadi lagi-lagi kami harus menyesuaikan segalanya dengan program itu. Dan yang tak kalah penting, resesi ekonomi pun ikut mempengaruhi penundaan demi penundaan itu," lanjut pengusaha muda ini.

Bagaimanapun, dengan telah keluarnya jadwal resmi turnamen tersebut, banyak pihak merasa lega. Pembina dan pemilik klub yang selama ini tak tahu akan diarahkan ke mana klubnya, sekarang sudah jelas tentang sasaran yang dituju. Begitu juga pelatih dan pemain yang selama ini selalu berlatih tanpa tahu untuk apa, kini sudah saling mempersiapkan diri untuk lepas landas.

Kesibukan di beberapa klub yang sempat direkam BOLA pun semakin meningkat. Sambutan yang demikian, tentu saja patut mereka lakukan karena sudah cukup lama kegiatan terhenti. Terakhir awal Desember lalu mereka bermain dalam putaran kompetisi tahun keenam yang dijuarai oleh Krama Yudha Tiga Berlian, Palembang.

Dibagi Dua

Darussalam juga mengatakan dengan faktor-faktor di atas, maka turnamen yang semula direncanakan akan diselenggarakan dengan sistem home and away, diubah menjadi sistem setengah kompetisi dengan sentralisasi. Untuk itu, dibagilah dua grup berdasarkan wilayah.

Wilayah Timur dipusatkan di kota buaya, Surabaya. Di sana Arseto, juara bertahan, digabung dengan tuan rumah Niac Mitra, Perkesa 78, dan Makassar Utama. Grup Barat dimainkan di Jakarta. Tiga Berlian, juara kompetisi 1984-85 akan bersaing dengan Semen Padang, Warna Agung, Tunas Inti, dan klub baru Pelita 96.

Karena jumlah klub lebih banyak, maka grup Barat dimainkan lebih awal yakni mulai 19 April. Sedangkan grup Timur yang hanya diisi empat klub baru mulai bergelinding 23 April.

Lebih Berat

Melihat kenyataan tersebut, tampaknya grup Barat jauh lebih berat dibanding Timur. Persaingan kelima klub akan terasa sejak awal turnamen. Semen Padang, kuda hitam dari Indarung yang selalu tampil tanpa terduga, sudah akan menjajal Tiga Berlian sang juara kompetisi dan juara ketiga Piala Asia antar Klub.

Kemudian di hari yang sama pada pertandingan kedua, Tunas Inti, klub milik Benniardi yang tetap dipoles Sinyo Aliandoe akan menghadapi kuda hitam lainnya, Warna Agung.

Kekuatan kelima klub, meski Pelita 86 merupakan pendatang, tampaknya berimbang. Tiga Berlian, sang juara yang ditinggalkan empat pemain handalnya untuk hijrah ke Pelita, menjadi rata dengan lainnya karena beberapa pemain penggantinya belum in benar. Begitu juga Pelita menjadi kekuatan tersendiri.

Ketatnya persaingan di Barat tidak otomatis membuat grup Timur menjadi enak, bersantai-santai. Meski hanya diisi empat klub, Arseto akan ditantang keras oleh Makassar Utama, Niac Mitra, serta Perkesa.

Semifinal akan dimainkan tanggal 3 Mei di Jakarta. Juara dan runner-up masing-masing grup akan saling bertemu di Stadion Utama Senayan. Finalnya di tempat yang sama sehari kemudian.

Andi Darussalam belum bisa memberikan keterangan, apakah juara turnamen ini akan menjadi wakil Indonesia ke Kejuaraan Antar Klub ASEAN di Brunei Darussalam akhir tahun ini.

Keputusan yang dikeluarkan PSSI beberapa waktu lalu, Arseto berhak mewakili Indonesia ke kejuaraan tersebut. Ketika itu negara penyelenggaranya Malaysia. Tetapi karena tidak sanggup, kejuaraan diundur dan dipindahhan ke Brunei.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Mingguan BOLA Edisi No. 109, 29 Maret 1986)