Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Justru dengan materi yang lebih baik, juara bertahan Arseto di luar dugaan kandas dalam penyisihan Turnamen Piala Liga II di Surabaya. Padahal menurut perhitungan sebelumnya, Arseto bakal kembali menjadi wakil dari wilayah Timur bersama Makassar Utama yang saat ini pun menjadi wakil wilayah tersebut.
"Nggak tau deh. Tapi anak-anak memang jelek sekali," kata Ismet Tahir, manajer Arseto. Kekecewaan tersebut juga terlontar dari sang pelatih Danurwindo.
"Tragisnya justru kami hanya membutuhkan angka satu saja atau nilai seri dari pertandingan melawan Niac Mitra, kami terjungkal," lanjut Danur.
Asmawi
Namun ketika Arseto memetik kemenangan atas Makassar Utama 3-2, sehari sebelumnya, gejala tersebut sudah kelihatan. Kemenangan itu sendiri lebih terasa sebagai keberuntungan lantaran bola yang diangkat Nasrul Kotto di menit terakhir, tersenggol pemain belakang Makassar Utama sehingga arahnya berubah ke dalam jala.
Dari bawah mistar, Asmawi Jambak yang dua bulan lalu begitu gemilang menjadi kiper Liga Selection dalam Turnamen Piala Raja di Bangkok, tampil sangat mengecewakan. Banyak kesalahan yang dibuatnya dan begitu merugikan tim. Satu di antaranya, ketika ia mengejar pemain sayap Makassar Utama di garis kiri gawangnya. Tanpa perhitungan, Asmawi terus berkejaran, membiarkan gawangnya kosong.
Kemudian kuartet pertahanan Arseto tidak kalah rapuhnya. M. John di sebelah kanan, Tonggo, Lois Mahodim, dan Hartono Ruslan, tidak padu. Hanya Tonggo yang kelihatan stabil dan masih tetap berbahaya, meski stamina kurang mendukungnya.
Tak Mengerti
Lucunya M. John yang sehari sebelum pertandingan itu dipanggil Bertje Matulapelwa untuk tim nasional, sama sekali tidak menggambarkan pemain baik. Ia lambat dan tidak bisa menutup daerahnya. Teknik dasarnya juga sangat kurang.
"Saya sendiri tidak mengerti, mengapa justru M. John terpilih sebagai salah satu pemain yang masuk pelatnas," tukas Danur. "Saya sendiri tidak pernah memilihnya untuk tim nasional. Bahkan seluruh pemain yang dipanggil untuk tim nasional dari wilayah Timur pun saya tidak tahu," sambung Danur.
Trio gelandang pun tidak menggembirakan. Yunus Muchtar, Sugiarto, dan Deddy M. Darda bertengger di sana. Terutama Yunus yang tahun lalu terpilih sebagai pemain terbaik, turun drastis. Umpan-umpan dan sergapannya tidak cermat sehingga menjadikannya sebagai lubang yang empuk untuk dimanfaatkan lawan.
Di barisan depan, hanya Ricky Yakob yang boleh dibilang lumayan. Dua rekannya Inyong Lolombulan dan Sukisno tidak mampu mengimbanginya. Namun begitu, Ricky pun tidak terlalu cermat untuk memanfaatkan berbagai peluang.
"Waktu lawan Perkesa, banyak peluang yang dapat menghasilkan gol. Tapi Ricky tidak cekatan," kata pengurus Arseto lainnya. "Yah, kami memang turun 180 derajat. Mau bilang apa lagi semua sudah berlalu," lanjut sumber itu.
Banyak Belajar
Danur sendiri tidak banyak komentar. "Ini membuktikan saya pelatih yang belum mantap. Terlalu berat buat saya untuk berpikir lain," katanya. "Pokoknya saya harus banyak belajar dan mawas diri terhadap apa yang saya terapkan. Sekali lagi, ini merupakan cermin bagi saya," kilah Danur.
Ditanya apakah dengan begitu ia akan mengundurkan diri dari tim nasional, Danur tidak langsung menjawab. "Saya dalam posisi yang cukup sulit. Tetapi sebagai pribadi, saya mengaku belum pantas dan belum mampu untuk menjadi pelatih nasional. Bahkan sebagai asisten sekalipun. Masih banyak pelatih pintar yang jauh lebih baik dari saya," tutur pelatih jebolan klub West Ham, Inggris ini.
Namun secara pasti Danur belum bisa mengambil sikap tentang panggilan itu. "Saya masih akan melihat dan menunggu. Tetapi yang pasti dalam waktu dekat ini, klub saya sudah memprogramkan saya untuk belajar ke klub AGF, Denmark. Ini bukan mengada-ada dan bukan baru dicetuskan sekarang, tetapi sudah sejak bulan lalu ketika saya membawa Liga Selection ke Bangkok. Sudah ada perjanjian dengan klub tersebut bulan Mei ini saya akan bertolak ke sana," kata Danur.
(Penulis: Mahfudin Nigara, Mingguan BOLA Edisi No. 114, 2 Mei 1986)