Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebagai tim musafir, PSM Makassar terpaksa mengeluarkan dana yang besar untuk operasional tim. Padahal, pemasukan terbilang seret. Ponaryo Astaman dkk bermarkas di Surabaya sejak 27 Januari untuk persiapan dan bertanding di enam laga selama di Jatim.
Dari enam laga itu, empat diantaranya adalah laga home. Untuk menjamu lawan, manajemen harus merogoh kocek untuk sewa stadion, izin keamanan dan honor panitia lokal yang nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah di setiap partai. Belum lagi pengeluaran untuk akomodasi dan transportasi tim.
Disisi lain mereka tidak berharap banyak mendapat pemasukan dari tiket penonton. Buktinya, manajemen Juku Eja hanya mencetak 1000-2000 tiket di setiap laga home.
Itu dari sisi anggaran. Status sebagai tim musafir membuat PSM juga kehilangan dukungan suporter fanatiknya yang selama ini jadi 'pemain ke-12' Juku Eja. "Kami berharap paling lambat Mei renovasi Stadion Gelora Mandiri Parepare sudah kelar," ujar Abdul Rahim, manajer PSM.
Kalau berjalan lancar, menjamu Persiram Raja Ampat, 23 Februari bakal jadi laga kandang terakhir PSM di Stadion GBT. "Kami beruntung karena kompetisi musim ini banyak mengalami jeda," papar Rahim.
(Abdi Satria)