Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Richard Sam Bera Kini Mengurus Suporter Bola

By Weshley Hutagalung - Selasa, 18 Februari 2014 | 17:52 WIB
Richard Sambera, kampanye kegiatan positif. (Weshley Hutagalung/Bolanews)

Publik mengenal Richard Sambera sebagai nama yang sangat melegenda di lintasan renang. Sekarang, ia sudah terjun ke dunia sepak bola. Tentu bukan sebagai pelatih apalagi pemain, Richard menjadi Pembina Fans Bersatu, program yang diluncurkan Head & Shoulders. 

Apa yang ingin Richard lakukan untuk suporter di Indonesia? “Saya sudah lama terjun di dunia olah raga dan selama ini saya merasakan sepak bola sebagai cabang yang memiliki kekuatan besar. Tentunya karena olah raga ini melibatkan jutaan masyarakat yakni suporter,” katanya. 

Tugas Richard sebagai dutanya suporter ialah mengkampanyekan kegiatan-kegiatan positif terutama melalui gerakan Fans Bersatu. Ini tidak mudah bagi Richard sebab, untuk memahami kalangan grassroot sepak bola jauh lebih rumit dan harus mendetil. 
“Saya mulai tertarik dengan sepak bola setelah Indonesia meraih emas SEA Games 1991. Nah sejak itu saya penasaran mengapa kita belum meraih prestasi seperti dulu lagi,” sambungnya. 
Richard berharap, antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola yang semakin besar akan diimbangi dengan persaingan antarsuporter yang sehat. “Mereka harus berlomba-lomba dengan kreasi dan keunikan masing-masing, bukan dengan kekerasan,” tutup Richard.

Tugas Richard sebagai duta suporter ialah mengampanyekan kegiatan-kegiatan positif terutama melalui gerakan Fans Bersatu. Hal ini tidak mudah bagi Richard sebab memahami kalangan grassroot sepak bola jauh lebih rumit dan harus mendetail.

“Saya mulai tertarik dengan sepak bola setelah Indonesia meraih emas SEA Games 1991. Nah, sejak itu saya penasaran mengapa kita belum meraih prestasi seperti dulu lagi,”ucapnya.

Richard berharap antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola yang semakin besar diimbangi dengan persaingan antarsuporter yang sehat.

“Mereka harus berlomba-lomba dengan kreasi dan keunikan masing-masing, bukan dengan kekerasan,” kata Richard.