Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Simon Santoso akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung. Surat pengunduran diri sudah diserahkan pada Selasa (21/1).
Mengapa dia seperti buru-buru meninggalkan pelatnas yang dihuninya sejak 2003? Apa pula alasan utama meninggalkan pelatnas yang selama 10 tahun dihuninya? Berikut perikan tanya-Jawab Simon dengan Harian BOLA.
Anda sudah bulat hati meninggalkan Pelatnas Cipayung?
Ya, saya sudah berkesimpulan untuk meninggalkan pelatnas yang saya huni sekitar 10 tahun.
Jadi, Simon bukan didepak, tetapi memilih mengundurkan diri?
Ya, saya mundur, bukan dicoret, didepak, atau didegradasi dari pelatnas seperti berita yang muncul di media.
Apa yang membuat Simon bulat hati meninggalkan pelatnas?
Sebenarnya sejak akhir tahun lalu saya sudah mau mundur. Saya melihat ada kondisi yang tidak nyaman. Seperti orang bekerja, untuk bisa berprestasi harus didukung kondisi yang nyaman.
Bisa dijelaskan soal kondisi yang tidak nyaman itu?
Ya, semua orang tahu tahun lalu saya kerap cedera. Akhirnya ranking saya jeblok. Saya pun harus merangkak dari turnamen kelas grand prix atau grand prix gold. Ketika saya banyak gagal, saya sudah mendapat ancaman dan ultimatum akan dikeluarkan dari Cipayung. Seharusnya kan didukung untuk bangkit.
Tapi kan kemudian Anda bisa juara di Indonesia Grand Prix Gold di Yogyakarta, September 2013. Apa masih juga kurang nyaman setelah itu?
Benar. Setelah juara di Yogyakarta, saya pengin terus berlaga di turnamen kelas grand prix atau grand prix gold lebih dulu. Tujuannya untuk mengembalikan performa dan mendongkrak ranking saya dulu.
Lalu?
Entah bagaimana, saya tidak tahu karena memang tidak pernah diajak bicara sama pengurus. Tahu-tahu di awal tahun muncul pernyataan di media bahwa saya ditargetkan masuk semifi nal Korea Super Series dan Malaysia Super Series. Ini kan seperti anak SD tetapi disuruh ikut ujian SMA atau perguruan tinggi.
Selama ini memang tidak pernah ada komunikasi dengan pengurus?
Tidak pernah. Saya kalau bicara hanya dengan pelatih.
Dengan kasus ini, sepertinya Anda jadi sasaran tembak?
Benar. Ada kesan saya itu dimusuhi dan menjadi pelampiasan dendam. Padahal, banyak juga pemain lain samasama tidak berprestasi, tetapi saya yang menjadi sasaran tembak di media. Tapi ya sudah tidak mengapa.