Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Operator Indonesia Super League 2014, PT Liga Indonesia, akan lebih fokus dalam memantau tingkah laku suporter. Mereka tak mau kecolongan terhadap kelakuan oknum yang dapat merusak pelaksanaan kompetisi.
Rasis, penggunaan cerawat, kembang api, dan bom asap kini menjadi musuh terbesar PT LI dalam menggelar pertadingan. Musim ini bakal dijadikan momentum untuk memberantas aksi tersebut tidak berlanjut lagi.
"Ekspresi saat kecewa atau gembira harus bisa disalurkan lewat kreativitas atau kreasi yang lain. Kompetisi harus lebih tertib," kata CEO PT LI, Joko Driyono.
"Cerawat dan kembang api atau sejenisnya dapat mengganggu jalannya pertandingan secara keseluruhan. Hal itu juga tak ada korelasi positif dengan prestasi tim. Jadi sebaiknya tidak usah digunakan lagi," kata Ketua Panpel Persija, Hanif Ditya.
Sementara itu, panpel Gresik United, Khoirul Anam, mempertanyakan tak ada rekomendasi dari operator liga dalam menyelesaikan masalah ini. "Tidak dibahas secara khusus soal itu. Panpel diberikan tugas masing-masing dalam menyelesaikan permasalahan itu," ujarnya.
Gresik United mempunyai trauma terkait tingkah dari oknum pendukung. ISL 2013, menjadi musim yang tak menyenangkan karena mereka lima kali dikenai denda karena adanya cerawat dan kembang api dalam laga kandang Joko Samudro. Alhasil, manajemen terpaksa merogoh kocek sebesar Rp100 juta untuk membayar denda.
Dalam hal pemberantasan masalah itu, panpel Persija dan Gresik siap bersosialisasi lewat saluran komunikasi yang ada, seperti jejaring sosial twitter atau facebook dan juga melalui spanduk.