Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tonk Enk "Menjepit" Johny, Pieter Yang Beruntung

By Caesar Sardi - Selasa, 28 Januari 2014 | 14:30 WIB
Duel seru antara Johny Pranata (7), Tonk Enk (90), Hoho (86), dan Pieter Tanujaya (36). Pieter akhirnya lebih beruntung. (Stefan Sihombing)

Taktik alias strategi dalam suatu lomba memang diperlukan. Apalagi dalam lomba balap yang diikuti oleh beberapa pembalap satu tim.

Dalam kejuaraan Motocros Piala Menpora Seri III yang berlangsung di Citeureup Jawa Barat, 25 Juni, adu strategi itu terjadi. Sayangnya, 2 tim yang berlaga di nomor bergengsi 250 CC, yaitu tim Suzuki dan Yamaha, satu sama lain berbeda pendapat mengenai adu taktik itu.

Terjatuh

Kejadiannya berlangsung di babak ke-2 kelas 250 CC Open. Sejak menit pertama pembalap Jawa Timur yang tangguh, Johny Pranata memimpin terus hingga menit ke 20. Di belakang pembalap anggota tim Yamaha ini membuntuti teman setimnya, Hoho, dan pembalap Suzuki dari Bandung, Tonk Enk.

Hoho dan Tonk Enk saling berkejaran. Di separuh perlombaan, ketika mereka berdempetan di suatu tikungan, motor Tonk Enk ngadat dan ia terjatuh. Tak pelak lagi, Hoho pun ikut terjatuh. Kejadian ini dimanfaatkan oleh Pieter Tanujaya, pembalap tim Suzuki yang tidak lain teman Tonk Enk. Ia menyusul Hoho dan Tonk Enk.

Tonk Enk bangun lagi. Ia langsung tancap gas. Hoho juga, tapi ia terlambat dari Tonk Enk. Hoho pun akhirnya tidak dapat meneruskan perlombaan. Kini terjadilah kejar-kejaran antara 3 pembalap, 2 dari tim Suzuki dan 1 dari Yamaha.

Johny yang juara di babak ke-1 masih unggul, kemudian ditempel Tonk Enk yang berhasil menyusul Pieter. Johny dan Tonk Enk kemudian saling tempel. Persis di dekat tikungan di mana Hoho dan Tonk Enk tadi terjatuh, dua pembalap yang tengah unggul itu berjatuhan lagi. Dan, lagi-lagi, Pieter Tanujaya menyodok mereka. Ini terjadi di menit ke-20, atau 2 lap sebelum akhir.

Hingga putaran akhir, Pieter melesat lebih dulu ke garis finis. Menyusul di belakangnya Tonk Enk dan Johny.

Tidak Fair

Strategi tersebut oleh tim Yamaha dikomentari sebagai tindakan yang kurang fair.

"Jelas nggak fair, dong. Masak sampai menjatuhkan begitu. Dua kali pula," ucap Johny.

Sedang teman setimnya, Hoho, menyebut perbuatan itu sebagai tindakan yang memaksakan diri.

"Fair tidaknya terserah orang yang melihat saja. Tapi, saya ingatkan, ini kan olahraga? Kita harus sportif." Itu komentar Edmond Cho, ofisial tim Yamaha.

Namun, pihak Yamaha tidak mau mengajukan protes.

"Ah, itu saya tidak sengaja. Saya dan dia saling menyusul, kok. Berbeda kalau saya ketinggalan satu lap, lalu disusul. Nah, itu bisa dikatakan sengaja," ujar Tonk Enk.

Tommy Ernawan, ofisial dari tim Suzuki juga berkomentar senada. "Kalau terjatuh, bukan di kelas itu saja. Di kelas lain, Tonk Enk juga terjatuh," kilah Tommy yang mantan pembalap motocross.

Komentar usil dari sementara penonton yang sudah mengetahui kemampuan Johny maupun Tonk Enk, ada saja. "Ah, Johny dikerjain. Untuk juara, masak harus menjatuhkan Johny dulu sih," komentar beberapa penonton.

Untuk sementara, Yamaha masih unggul atas Suzuki. Walau Pieter Tanujaya juara di kelas bergengsi seri III, tapi dalam keseluruhan, Johny masih unggul. Dalam 3 seri lomba yang telah diselesaikan, Johny mengumpulkan angka 40, disusul Tonk Enk 29, dan Pieter 27.

Seri berikut lomba ini akan berlangsung di tempat yang sama tanggal 27 Agustus 1989.

(Penulis: Lilianto Apriadi, Mingguan BOLA Edisi No. 279, Minggu Kelima Juni 1989)