Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kompetisi Speedy National Basketball League (NBL) Indonesia sudah berlangsung empat musim. Memasuki musim keempat (2013/14), hanya dua tim yang pernah menjadi juara, Satria Muda Britama dan Aspac Jakarta. SM dua kali menjadi juara (2011 dan 2012), Aspac sekali (2013). Mengapa selalu Aspac dan SM?
Aspac dan SM adalah dua tim yang memiliki pemain bagus dan komplet. Di era bola basket modern, baik Aspac maupun SM selalu berusaha mendapatkan pemain muda bertalenta, smart, terukur skillnya, dan multitasking. Karena selalu memiliki pemain yang bagus, pertemuan kedua tim selalu berlangsung seru dan menarik.
Siapakah sebenarnya yang lebih unggul dalam kacamata statistik? Saya mencoba membedah kekuatan dan kelemahan kedua tim menggunakan data-data statistik yang diperoleh dari website resmi Speedy NBL Indonesia. Pembatasan analisis hanya dilakukan di kompetisi Speedy NBL Indonesia sejak digelar pada tahun 2010, hingga seri pertama kompetisi 2013/14. Data statistik pertemuan SM vs Aspac pada seri kedua, Sabtu 11 Januari 2014, dipergunakan untuk memperkuat temuan.
Untuk menganalisis perbandingan kinerja Aspac dan SM di kompetisi Speedy NBL Indonesia, saya dibantu oleh statistician bola basket lulusan ITB, Miranda Dewayani. Formula dan rumus analisis diambil dari berbagai formula yang ditemukan statistician NBA, Dean Oliver Ph.D.. Dean Oliver menulis buku Basketball on Paper: Rules and Tools for Performance Analysis (2004). Data hasil olahan dibuat gambar ilustrasi menggunakan soffware Microsoft Office.
Sebenarnya banyak sekali parameter untuk mengukur kinerja sebuah tim bola basket. Dalam tulisan ini, saya hanya menggunakan salah satu parameter yakni point per possession (Pts/Possession). Definisi poin adalah angka yang dicetak oleh sebuah tim yang dinyatakan sah oleh wasit. Definisi possession adalah situasi dimana sebuah tim menguasai bola.
Definisi point per possession adalah total poin dibagi jumlah possession. Menurut Dean Oliver (2004), jumlah possession untuk kedua tim dalam sebuah gim adalah sama di akhir pertandingan. Jadi, Pts/Possession bisa digunakan untuk melihat efisiensi tim dalam mencetak poin untuk jumlah possession yang sama. Sebuah tim dikatakan efisien jika tim tersebut dapat melakukan skor lebih banyak untuk jumlah possession yang sama, bukan karena total poin secara keseluruhan.
Untuk diperhatikan, angka maksimal poin per possession adalah 3,0. Artinya, jika dalam 10 possession semuanya berhasil dimaksimalkan menghasilkan poin lewat tembakan 3 angka, maka poin per possessionnya 30/10=3. Jadi, range normal untuk poin per possession adalah 0 sampai 3.
Pada musim 2010/11, poin per possession Aspac 0,82 sementara SM 0,83. Pada musim ini, rataan liga Speedy NBL Indonesia 0,75. Pada musim berikutnya, 2011/12, poin per possession Aspac 0,83 sementara SM 0,85. Terjadi kenaikan di liga Speedy NBL Indonesia menjadi 0,76. Pada dua musim pertama ini, SM Britama adalah juaranya.
Musim 2012/13 terjadi perbaikan signifikan di poin per possession Aspac yakni 0,94 sementara SM 0,90. Dengan memiliki poin per possession yang lebih baik, Aspac sukses menjadi juara liga 2013. Yang menggembirakan, kenaikan poin per possession liga Speedy NBL Indonesia juga naik hingga 0,84. Jangan heran jika di musim lalu banyak terjadi kejutan seperti Garuda yang nyaris menjungkalkan Aspac di babak play-off, atau Stadium yang mengalahkan SM.
Bagaimana di musim 2013/14? Dari hasil analisis data sampai seri pertama di Malang, ternyata poin per possession Aspac 0,82 sementara SM 0,99. Jadi, kalau Aspac sudah kalah dua kali, itu bisa diduga dari angka yang berbeda signifikan itu. Perbandingan bisa dilihat pada Gambar 1 (di bawah foto ilustrasi).