Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bersamaan dengan pemberian sanksi kepada PSLS dan Bontang FC serta oknum baik pelatih, pemain, dan ofisial pemain di kedua klub itu, Jumat (20/12), Komdis PSSI juga membeberkan sejumlah modus match fixing yang digunakan pelaku.
Di Bontang FC, modus itu di antaranya seperti pemain berpura-pura cedera agar mendapat pertolongan dari masseur. Alih-alih memberi pertolongan cedera, masseur itu membisikkan sesuatu yang terkesan janggal. Setelah itu, masseur kembali ke bench tanpa melakukan perawatan kepada pemain yang cedera.
Setelah diselidiki, salah satu masseur itu adalah Michael, mafia yang ditengarai berasal dari Malaysia. Michael, David, dan Yusuf diidentifikasi Komdis berada di balik praktik kotor pengaturan pertandingan ini.
Michael diketahui membawa ponsel selama berada di bench untuk berkomunikasi dengan pihak luar selama pertandingan untuk menentukan menit keberapa gol dicetak.
Setelah pertandingan selesai, Michael melalui Yusuf memberikan sejumlah uang kepada Pelatih BFC di play-off lalu, Camara Fode. Camara lantas membagi uang itu kepada seluruh pemain dengan diketahui ofisial klub.
Sedangkan di PSLS, agar modus bisa berjalan lancar, para pemain dan ofisial yang terlibat berbicara menggunakan bahasa daerah yang tidak dipahami oleh perangkat pertandingan dan pemain lawan.
Ketua Komdis PSSI, Hinca Panjaitan, berujar apa yang dilakukan para pelaku merupakan tindakan yang sangat tidak terpuji dan merusak integritas sepak bola.