Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
an. Namun, tujuan pembentukannya berbeda. Bukan karena konflik di level elite federasi, akan tetapi karena saat itu Indonesia banjir event internasional. Salah satunya adalah Kualifikasi Piala Dunia Meksiko 1986.
Istilah timnas Galatama dan Perserikatan populer di tahun 1984-1986 untuk menegaskan pemain asal kompetisi mana yang terlibat dalam skuat Merah-Putih. Kardono yang kala itu menjabat sebagai Ketua Umum PSSI menjadi aktor utama dibalik kebijakan membelah timnas.
Alasan utama pembentukan timnas yang berbeda karena tahun 1985 Indonesia harus menghadapi Kualifikasi Piala Dunia Meksiko 1986, SEA Games XIII 1985, Pesta Sukan I di Brunei, dan turnamen persahabatan Piala Malindo (Malaysia-Indonesia) serta beberapa turnamen lain yang berjalan beriringan.
PSSI memiliki aset berharga kompetisi yang berjalan paralel, Galatama dan Perserikatan. Keduanya melahirkan banyak bintang. Kardono berpikir untuk menyatukan pemain-pemain terbaik dalam dua wadah timnas yang berbeda.
Timnas Galatama yang berlabel timnas dari kompetisi semiprofesional, mewakili untuk ajang kelas satu, Kualifikasi Piala Dunia. Sementara, timnas Perserikatan dipercaya pada ajang kasta Asia Tenggara, seperti SEA Games dan Pesta Sukan I di Brunei.
Selain kedua timnas itu, PSSI juga membentuk timnas ABRI untuk tampil di turnamen tak berpengaruh dengan label turnamen persahabatan Malindo. Wow, tiga timnas!
(Artikel ini direproduksi dari Mingguan BOLA)