Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
JUARA.net - Seperti perkiraan awal, Juara Tiga Dunia, Primoz Gricar (Jerman) berhasil menjuarai Piala Telomoyo V 2019 di Ambarawa, Sabtu (21/9/2019).
Ia mengulangi prestasi serupa yang ia raih pada Piala Telomoyo II 2015. Persaingan sengit menjegal Primoz diantara peringkat Tiga Besar Kelas Terbuka berakhir dengan anti klimaks pada Ronde V, Sabtu (21/9).
Peringkat kedua sementara Hiroshi Suzuki (Jepang), mendarat darurat di Kampoeng Rawa karena layangannya terus menurun akibat lemahnya angin.
Peringkat 43 Dunia itu gagal mencapai garis akhir dan tidak mampu mengejar nilai Primoz. Sementara pilot andalan Jawa Timur, Abdul Mustopa yang berada di peringkat ketiga hingga Ronde IV, juga tak mampu mendarat di garis akhir kawasan Desa Sraten.
Dia mendarat dengan keras dan terjerembab hingga terkilir bahu kirinya.
“Tidak parah, saya masih bisa ikut Pra PON,” ujar Hakim Pengadilan Agama di Negara, Bali. Mustopa, 39 tahun, merasakan persaingan dengan pilot lainnya di Kelas Terbuka semakin berat.
“Makin banyak yang memakai layangan tanpa Kingpost, sehingga terbangnya makin kencang. Jarak soal juga makin jauh. Perhitungan terbang harus makin jeli,” tambahnya.
Pada Ronde V (terakhir), soal ditetapkan sejauh 101,9 km. Primoz mencapai semua titik yang harus dilewati dalam soal dan memasuki radius kawasan pendaratan dalam waktu 2 jam dan 57 menit.
Sementara Hiroshi yang akhirnya keluar sebagai juara kedua Kelas Terbuka Piala Telomoyo V 2019, hanya mampu terbang sejauh 70,08 km dan Mustopa sebagai peraih medali perunggu, mencapai jarak 64,92 km.
Kepada Tagor Siagian, Humas dan Koordinator Media Piala Telomoyo V 2019, Mustopa mengaku masih harus banyak belajar terbang lebih efisien.
Primoz memperingatkannya agar tidak terburu-buru mengejar waktu tercepat, yang berakibat fisik terkuras. Yang penting mencapai semua titik dalam soal.
Kalau terbang lintas alam, harus pandai menjaga stamina, kapan harus mengebut, kapan harus ngotot mengejar termal. Termal adalah “lorong” udara panas di bawah awan yang dapat mengangkat layangan ke atas, hingga mencapai ketingian cocok untuk terbang jauh.
Kelas Terbuka adalah gabungan pilot yang memakai layangan dua lapis, yakni Topless, tanpa Kingpost (tiang penyangga sayap) dan Kelas Sport (dengan Kingpost). Sedaangkan Kelas Floater adalah untuk pilot pengguna layangan satu lapis.
“Di mana Hiroshi, tolong cari tahu. Saya lihat dia terus menurun layangannya di Ungaran,” ujar Primoz pada Tagor Siagian, Humas dan Koordinator Media Piala Telomoyo V 2019 saat mendarat pukul 15.56 WIB di Desa Sraten.
Sportivitas tinggi seorang juara sejati. Primoz selalu peduli pada keselamatan sesama pilot, meski di udara mereka bersaing.
Dia berharap makin banyak lomba lintas alam Gantolle agar pilot Indonesia dapat bersaing bila mengikuti kejuaraan internasional.
Pada penutupan Piala Telomoyo V 2019 di lokasi pendaratan persawahan Desa Sraten, Ambarawa, Minggu siang (22/9), Wakil Bupati Kabupaten Semarang, H. Ngesti Nugaraha berharap Piala Telomoyo bisa terus diadakan.
Selain untuk mengembangkan pariwisata, juga untuk pembibitan atlit olahraga dirgantara di Jawa Tengah. Cuaca menjadi pertimbangan utama kapan menggelar sebuah kejuaraan olahraga dirgantara.
Ronde IV sempat dibatalkan pada Kamis (19/9) akibat kabut menutupi lokasi lepas landas di Gunung Telomoyo. Atas permintaan para peserta, Piala Telomoyo VI tetap ingin agar dilaksanakan meski sebelum PON Papua XX yang rencananya berlangsung Oktober.
Untuk itu Panitia Pelaksana dari Perkumpulan Gantolle DKI jaya dan Gantolle Jawa Tengah berencana menggelarnya pada Agustus 2020.
Piala Telomoyo menjadi pelatihan terbaik untuk terbang lintas alam Gantolle karena gunungnya yang tinggi (1750 meter DPL/Di atas Permukaan Laut) dan kontur alamnya yang penuh resiko saat terbang, sehingga ketrampilan terbang para pilot makin terasah.
Peta Persaingan Pra PON
Piala Telomoyo V 2019 yang juga menjadi Seri I Kejurnas (Kejuaraan Nasional) Lintas Alam, memberikan gambaran cikal bakal persaingan Kejuaraan Pra PON (Pekan Olahraga Nasional) XX Papua 2020 yang akan berlangsung 15-20 Oktober di Bukit Batu Dua, Sumedang, Jawa Barat (nomor Lintas Alam) dan 21-24 Oktober di Lapangan Udara (Lanud) TNI AU Sulaeman, Bandung, Jawa Barat (nomor Ketepatan Mendarat/KTM).
Menurut Eris Budi Utomo, Sekretaris Umum PGPI (Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia) Bidang Gantolle, demi memperebutkan kuota jumlah peserta 36 atlit yang berhak mengikuti cabang olahraga (cabor) Gantolle PON XX Papua 2020, masing-masing propinsi boleh mengirimkan maksimal 8 pilot untuk Kejuaran Penyisihan PON.
Namun, untuk mengikuti PON, tiap daerah paling banyak boleh diwakili 6 pilot. Tuanrumah Papua langsung lolos, tanpa perlu mengikuti Kejuaraan Pra PON dan berhak mengirimkan paling banyak 6 pilot. Saat kejuaraan Pra PON, satu orang pilot Papua akan ikut sebagai latihan.
Karena cabor Gantolle PON XX Papua 2020 akan berlangsung di bandara di Sentani, bukan dibukit atau gunung, maka sistim lepas landas yang digunakan adalah aerotowing.
Atlet ditarik Gaantolle Bermotor (Microlight/Trike) hingga ketinggian sekitar 2000 meter lalu dilepas.
Jarangnya kejuaraan aerotowing menyebabkan para atlit calon peserta PON harus meningkatkan latihan lepas landas dengan teknik aerotowing.
Kendalanya, tidak semua daerah memiliki pesawat Trike atau peralatan static towing, ditarik dengan motor diam yang dapat mengulur tali sepanjang 1000 meter.
Seperti pada PON XIX Jawa Barat 2016, Jawa Barat yang sangat kaya bibit penerbang, akan mendapat perlawanan ketat dari Sumatera Barat (Sumbar) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sumbar dikenal kaya bibit pilot berbakat. Piala Telomoyo V 2019 menjadi ajang pembuktian para bibit baru tersebut, apakah layak mewakili daerahnya pada PON mendatang atau tidak. (PR/Tgr)
Hasil Akhir 5 Besar Piala Telomoyo V 2019:
Kelas Terbuka;
Kelas Sport;
Kelas Floater;