Duel tersebut merupakan trilogi sekaligus menentukan raja tak terbantahkan di kelas tersebut.
De La Hoya punya pandangan lain soal pertarungan tersebut.
Legenda
tinju itu dari awal sudah mengatakan jika pertarungan ini tidak menarik.
Bagaimana tidak? Hal ini karena faktor usia di mana
Gennady Golovkin sudah menginjak 40 tahun.
Dengan umur yang sudah veteran, Golovkin tidak akan mampu memberikan perlawanan ketat serta menghibur di atas ring.
Menurut De La Hoya, pertarungan ini hanya akan menjadi ajang deklarasi Alvarez sebagai raja
tinju tak terbantahkan.
"Faktanya semua orang takut mengatakan kebenarannya," kata De La Hoya dikutip dari Boxing Scene.
"Ini adalah pertarungan yang sangat tidak berguna."
"GGG sudah tua sebagai seorang petinju."
Dalam pertarungan itu, memang terlihat jika faktor umur Golovkin tak bisa dibohongi.
Pasalnya selama delapan ronde pertama,
Gennady Golovkin bermain lebih bertahan dengan cenderung menunggu celah untuk tidak membuang-buang stamina.
Dia kalah dari segi kecepatan dari
Canelo Alvarez, yang lebih agresif dengan kombinasi pukulan-pukulannya.
Namun, usahanya tidak membuahkan kemenangan karena sudah tertinggal skor yang cukup jauh.
Golovkin akhirnya dinyatakan kalah dari Alvarez dengan keputusan angka mutlak 112-116, 113-115, 113-115.
Golovkin berarti tidak pernah menang dalam tiga pertarungannya dengan Alvarez.
Pada pertemuan pertama, 16 September 2017, duel berakhir imbang.
Golovkin kemudian kalah dengan majority decision di pertemuan kedua, 15 September 2018.