Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
JUARA.NET - Keputusan Kento Momota pensiun dari kompetisi bulu tangkis Internasional turut mendapatkan reaksi dari Viktor Axeslen.
Pebulu tangkis Denmark tersebut mengaku bangga bisa bersaing dengan sang mantan rival.
Menariknya, dia menyinggung rekor pertemuan kedua tunggal putra ini.
Semesta mempertemukan mereka dalam 17 kali pertandingan.
Axelsen praktis sering jadi bulan-bulanan Momota.
Sang raja bulu tangkis dunia hanya menang tiga kali, sedang 14 duel lainnya jadi milik wakil Jepang.
Pertemuan terakhir mereka terjadi pada Malaysia Open 2022 silam.
Momota kala itu harus kalah dalam pertandingan dua gim langsung, 4-21 dan 7-21.
Catatan-catatan minor sebelumnya kemudian turut membentuk Axelsen hingga saat ini.
Oleh karena itu, dia begitu berterimakasih pada Momota.
"Sebuah kebanggaan bisa berbagi lapangan dengan Anda," ungkap Axelsen, dilansir Juara.net dari ThaStar.com.my.
"Meski memang yang sering terjadi adalah Anda menghabisi saya."
"Saya merasa beruntung bisa bersaing dengan pemain sekelas Anda. Anda telah membuat saya bekerja lebih keras lagi."
"Saya tahu Anda menginspirasi banyak penggemar dab bocah-bocah di seluruh dunia untuk menjadi pebulu tangkis. Doa terbaik saya panjatkan untuk masa depan Anda."
"Selamat untuk karier fantastis yang sudah Anda torehkan," tutupnya.
Momota memutuskan pensiun dari jagat internasional di usia 29 tahun.
Buku kariernya terpaksa ditutup setelah merasa tidak bisa bersaing dengan pebulu tangkis top lagi.
Baca Juga: Kento Momota Beberkan Alasannya Pensiun dari Jagat Bulu Tangkis Internasional
Kecelakaan pada tahun 2020 silam menjadi salah satu penyebab kemunduran performanya.
Meski begitu, saingan Anthony Sinisuka Ginting ini tetap patut bangga dengan pencapaian besarnya.
Pensiun dari jagat internasional, dia masih akan berkompetisi di kancah domestik dan membantu pengembangan bulu tangkis Jepang.
"Setelah operasi mata, ada beberapa bagian yang saya tidak bisa lihat serta tubuh saya tidak bisa digerakkan," tutur Momota.
"Saat melakukan latihan yang tak terlalu menguras energi, saya tetap merasa kelelahan. Saya coba melewati situasi tersebut dengan terus berusaha dengan keras."
"Tetapi, saya sadar bahwa saya sudah tidak bisa berkompetisi dengan pemain tip dunia lagi."
"Menggunakan seragam tim nasional yang saya impikan sejak kecil adalah kebanggaan dan orang-orang tidak semuanya bisa merasakan," imbuhnya.