Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Poin-poin Penting
JUARA.NET - An Se-young dipuji dan dikagumi pencinta bulu tangkis seluruh dunia setelah meraih medali emas Olimpiade Paris 2024, tapi banyak yang tak tahu penderitaannya di balik itu.
Tunggal putri nomor 1 dunia itu menggulung He Bing Jiao dari China 21-13 21-16 dalam final di Paris, 5 Agustus lalu.
Tak lama kemudian, pemain berusia 22 tahun itu mengejutkan penggemar di negerinya, Korea Selatan, bahkan juga seantero dunia.
Dia mengatakan kepada wartawan, "Saya pikir mungkin sulit untuk terus bersama tim nasional setelah momen ini."
An menyebut Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan tak memberikan dukungan yang memadai saat dia menderita cedera lutut sejak tahun lalu.
Dia mengungkapkan dipaksa bersaing dalam kesakitan karena cedera tersebut.
Bahkan, awalnya cedera itu salah didiagnosis mengenai tingkat keparahannya.
"Saya sangat kecewa dengan (asosiasi) selama saya cedera. Saya benar-benar tidak bisa melupakan momen-momen itu," keluh An tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dia menuduh Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan "mengabaikan" tanggung jawabnya kepada pemain.
Menyikapi hal itu, Kementerian Olahraga Korea Selatan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "Kami berencana untuk memastikan fakta sebenarnya segera setelah Olimpiade selesai."
Kementerian juga akan meninjau perlunya tindakan perbaikan yang tepat berdasarkan temuan tersebut.
Tidak hanya di bulu tangkis, kementerian tersebut juga berencana untuk memeriksa apakah ada area yang perlu ditingkatkan dalam manajemen atlet di cabang olahraga lain.
Dalam wawancara terpisah dengan Kantor Berita Yonhap Korea Selatan yang diterbitkan kemarin pagi, An Se-young mengatakan bahwa asosiasi tersebut telah memutuskan bahwa dia tidak akan berkompetisi di ajang tertentu tanpa memberikan penjelasan apa pun kepadanya.
Dia lebih lanjut menuduh sistem pelatihan bulu tangkis yang ada saat ini sudah ketinggalan zaman dan tidak sepenuhnya aman bagi para atlet.
"Sistem tersebut gagal untuk berlatih dengan cara yang mencegah cedera atau mengambil tindakan yang tepat jika terjadi cedera," ungkapnya.
An mengaku sudah kecewa dengan sistem pelatihan dan penanganan tim nasional sejak pertama kali masuk skuad pada tahun 2018.
An Se-young juga mengungkapkan, para pemain ganda di negaranya – yang lebih menikmati kesuksesan di kompetisi internasional – lebih diprioritaskan untuk pelatihan dan dukungan medis dibandingkan pemain tunggal.
"Saya menemukan motivasi saya dalam kemarahan saya ketika saya menetapkan tujuan dan mengejar impian saya," kata juara Olimpiade baru itu kepada Yonhap.
Secara khusus, An mengatakan pemain tunggal seperti dirinya seharusnya dikelola secara berbeda dibandingkan pemain ganda.
"Tunggal dan ganda jelas berbeda dan kami harus berlatih dengan sistem yang berbeda,” kata An.
"Harus ada kelompok pelatih yang berbeda dan program pelatihan juga harus berbeda. Semua pemain tunggal mempunyai gaya yang unik, tetapi tim nasional mencoba mengarahkan mereka semua ke arah yang sama.”
An mengatakan, operasional tim nasional berkisar pada nomor ganda karena pemain ganda secara tradisional lebih sukses dibandingkan pemain tunggal di ajang internasional.
“Dalam hal pengobatan dan pelatihan, pemain ganda memiliki prioritas,” kata An, seraya menambahkan bahwa dia lebih suka memiliki pelatih pribadi seperti beberapa rivalnya dari luar negeri.
An juga menuding Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan mengambil keputusan sepihak tanpa berkonsultasi dengan pemain.
“Suatu kali, saya tidak bisa bermain di turnamen di Prancis dan Denmark di luar keinginan saya, dan tidak ada yang memberi saya penjelasan apa pun. Asosiasi baru saja mengeluarkan saya dari line-up tanpa komunikasi apa pun."
“Ini bukan lingkungan yang kondusif untuk mengajukan pertanyaan. Saya tidak pernah sempat menanyakan apa pun setelah turnamen selesai. Bahkan tidak ada pertemuan."
An kemudian menambahkan, "Saya berharap orang-orang di asosiasi dan komite Olimpiade nasional akan mengambil tanggung jawab atas masalah ini, bukannya menghindarinya."
Dia lalu menegaskan, "Saya ingin membuat suara saya ini didengar. Bisa dibilang, impian saya adalah (memiliki) suara."
Apa yang dialami An Se-young ini mirip kerja paksa meraih medali emas Olimpiade, karena melakukannya dalam kondisi cedera yang tidak ditangani dengan semestinya.
Padahal, hanya dia dari bulu tangkis negerinya yang berhasil meraih emas Olimpiade Paris 2024.
Sedangkan ganda campuran, yang lebih diprioritaskan dalam pelatihan dan dukungan medis, Kim Won-ho/Jeong Na-eun, cuma mampu meraih medali perak setelah dikalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
Emas tunggal putri yang dipersembahkan An Se-young itu sudah dinanti Korea Selatan sangat lama setelah terakhir kali dari Bang Soo-hyun di Olimpiade Atlanta 1996.