Setelah kalah dari Satria Muda Britama dalam pertandingan pertama NBL seri kedua di Solo, Pelita Jaya Esia akhirnya bangkit di aga kedua saat melawan Muba Hangtuah IM Sumsel.
Setelah kalah dari Satria Muda Britama dalam pertandingan pertama NBL seri kedua di Solo, Pelita Jaya Esia akhirnya bangkit di aga kedua saat melawan Muba Hangtuah IM Sumsel.
Sebelum laga pada Minggu (9/1), dimulai, Muba Hangtuah IM Sumsel diprediksi akan memberikan perlawanan cukup ketat atas Pelita Jaya Esia Jakarta. Sayang, kokohnya pertahanan Pelita Jaya membuat Dian Heryadi dan kawan-kawan tidak mampu mengembangkan permainan. Muba Hangtuah menyerah 54-72.
Rapatnya pertahanan Pelita Jaya membuat para pemain Muba Hangtuah sulit menemukan ruang bebas untuk melepaskan tembakan. Satu-satunya taktik yang cukup berhasil adalah melakukan penetrasi dengan berani. Hal tersebut dilakukan dengan cukup baik oleh Ary Sapto. Ary mencetak empat angka di kuarter pertama walau timnya langsung tertinggal 8-18.
Taktik dan keberanian yang dilakukan Ary Sapto sebenarnya cukup efektif. Ia berhasil menambah tiga angka di kuarter kedua dengan melakukan teknik serangan yang sama.
Pada kubu Pelita Jaya, tim yang kemarin mengalami kekalahan dari Satria Muda Britama Jakarta ini bermain lugas sepanjang pertandingan. Performa Andy Batam Poedjakesuma luar biasa dalam merebut bola-bola rebound. Hingga akhir kuarter kedua, Batam telah mencetak sembilan rebound. Sementara pada bagian mencetak angka, Juliano Gandi menjadi pemain yang paling produktif dengan delapan angka hingga akhir babak pertama.
Kuarter ketiga dibuka dengan keunggulan 43-25 bagi Pelita Jaya, dan belum ada tanda-tanda bahwa tim asuhan Rastafari Horongbala ini akan menurunkan tempo permainan. Pelita Jaya masih menguasai laga dengan menutup kuarter tiga dengan skor 52-35.
Mei Joni yang baru bermain taktis dengan mencetak delapan angka di kuarter terakhir tidak mampu menyelamatkan Muba Hangtuah. Sebaliknya, di akhir kuarter, tiga pemain Pelita Jaya masing-masing mencetak 10 angka; Ary Chandra, Juliano Gandhi, dan Dimas Aryo Dewanto. (mb)
Editor | : |
Komentar