nari dengan membawa bola di lapangan hijau di depan ribuan pasang mata. Itulah Andik Vermansyah, pemain mungil yang mendapat berkah melalui kepiawaiannya bermain sepak bola.
Siapa kini tak mengenal Andik Vermansyah? Seorang pemain sepak bola Indonesia yang mulai dikenal saat memperkuat timnas U-23 di SEA Games ke-26 Jakarta-Palembang, November 2011 lalu. Namanya saat itu memang tidak secemerlang Titus Bonai atau pun Patrick Wanggai. Namun, sebuah keberuntungan di akhir November 2011 mengubah jalan hidupnya.
Ya, Andik mulai menjadi sorotan ketika ia mencuri perhatian seluruh penonton yang datang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, 30 November lalu, untuk menyaksikan tim Indonesia Selection melawan LA Galaxy yang diperkuat superstar sepak bola, David Beckham.
Beckham pun menaruh perhatian pada pemuda kelahiran 23 November 1991 itu. Aksi Andik meliuk-liuk di atas lapangan hijau membuat bintang asal Inggris itu terpaksa menjatuhkannya. Saat itulah semua mata mulai melihat sosok mungil asal Jawa Timur itu yang akhirnya dilengkapi dengan sebuah momen penting di mana Beckham mengajaknya bertukar jersey di akhir pertandingan.
Andik pun akhirnya dikenal sebagai salah satu wonderkid Indonesia. Aksinya di atas rumput digadang-gadang mirip dengan bintang Barcelona asal Argentina, Lionel Messi. Bahkan ESPN pun menempatkan namanya dalam daftar 10 pemain muda berpotensi pada 2012 ini.
Masa Kecil, Berjualan dan Berlatih Keras
Setelah mulai menjadi pemain terkemuka di Indonesia, masa lalu gelandang Persebaya itu pun mulai terungkap. Siapa sangka masa kecil pemain lincah itu penuh kisah haru? Untuk membeli sepasang sepatu bola saja, ia harus berjualan kue dan gorengan.
"Dulu itu masalahnya ekonomi keluarga saya cukup rendah. Saya ingin sekali membeli sepatu bola. Waktu itu saya tidak bisa minta sama orang tua karena buat makan saja susah. Saya pun mencari solusinya, ya dengan jualan itu. Selama dua minggu saya dapat Rp 20 ribu, akhirnya sepatu itu terbeli," kisah Andik saat mengunjungi redaksi Bolanews.com, Selasa (31/1).
Ya, pekerjaan sang Ayah, Saman, hanyalah sebagai kuli bangunan. Sementara ibunya, Jumiah, seorang tukang jahit. Perekonomian yang sulit pun membuat Andik mulai berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, termasuk menjual kue buatan tetangganya saat hari biasa, dan menjual kue buatan ibunya sendiri di hari Minggu.
Selain menjual kue dan gorengan, Andik juga berjualan es lilin yang dilakukannya di Stadion 10 Nopember, saat Persebaya bermain. Bocah yang mengidolakan mantan bek Persebaya, Sugiantoro, itu pun semakin menyukai sepak bola terutama melihat idolanya yang memang dianggapnya pantas menjadi jenderal di lapangan hijau dan panutan bagi pemain lain.
"Sampai sekarang pun saya sudah menjadi pemain sepak bola profesional, belum ada pemain belakang seperti dirinya," kenang Andik mengenai pemain Persebaya yang menjadi idolanya di masa kecil itu.
Andik kecil pun mulai sering ikut bertanding dalam sepak bola tarkam (antarkampung). Kelihaiannya mengolah bola membuat sepasang mata seorang pelatih SSB Suryanaga bernama Rudi tertarik. Rudi pun mengajaknya bergabung dengan timnya, gratis.
"Awalnya saya main di kampung. Pak Rudi melihat saya. Ia kemudian bertanya saya bermain dengan siapa (tim mana), lalu saya jawab tidak ikut mana-mana. Ia pun mengajak saya, 'ayo ikut saya'. Tapi, saya jawab, 'nggak punya uang', dia bilang, 'saya pelatihnya', saya bilang, 'nggak punya sepatu', dan kemudian dibelikan olehnya. Setelah izin sama kakak, saya pun ikut dengannya," kisahnya.
Andik pun selalu menambah porsi latihannya saat berlatih di SSB karena intensitas latihan yang hanya dua kali dalam seminggu dinilainya kurang cukup. Bocah kelahiran 1991 itu pun berpindah-pindah tim dan ikut latihan di mana pun untuk menambah porsi latihan.
Menjadi Besar dan Kesempatan Bermain di Eropa
Perjuangan Andik di masa kecil pun sepertinya tidak sia-sia jika melihat prestasinya saat ini. Membawa Jawa Timur meraih medali emas di cabang sepak bola Pekan Olah raga Nasional (PON) 2008 di Kalimantan Timur, dan Timnas U-23 meraih medali perak dalam SEA Games ke-26 November lalu, adalah prestasi dari buah hasil kerja kerasnya sejak kecil.
Bahkan momen bertukar kaos tim oleh pemain sebesar David Beckham menjadi titik balik yang sangat luar biasa dalam hidupnya. Pemberitaan mengenai Andik pun mulai marak, bahkan ESPN menyebut namanya masuk dalam 10 besar pemain berpotensi pada tahun 2012.
Tak hanya itu, sejumlah rumor mengenai ketertarikan klub-klub luar negeri pun beredar. Sejumlah nama klub disebutkan tertarik dengan pemain yang dijuluki Lionel Messi-nya Indonesia itu. Namun, Andik mengaku bahwa hingga saat ini yang benar-benar memperlihatkan minatnya adalah klub Portugal, Benfica.
"Terus terang saja, itu semua hanya isu. Yang benar hanya Benfica, dan mereka meminta dikirimkan video saat saya bermain," ungkap pemain yang merasa rendah hati ketika disamakan dengan Messi.
Namun, Andik tak menampik dirinya memang ingin bermain di luar negeri. Bahkan harapannya, dalam kurun waktu tiga tahun ke depan ia sudah bisa bergabung dengan salah satu klub di Eropa.
"Tiga tahun ke depan harapannya bisa bermain di luar negeri, siapa yang tidak mau main di Eropa. Namun, Benfica itu bukan tim yang baru berdiri satu atau dua hari, jadi saya pun butuh persiapan," ujar pemain yang juga mengidolakan Cristiano Ronaldo dan Firman Utina itu.
Tak Ingin Lupa Kulit
Meski namanya sudah menjadi besar seiring semakin cemerlangnya penampilannya di lapangan hijau, Andik tak ingin ada yang berubah dalam dirinya. Ia pun tak melupakan orang-orang berjasa yang telah menuntunnya hingga menjadi sebesar sekarang, seperti pelatih SSB Suryanaga, Rudi, dan mantan pelatihnya di tim PON Jatim, Aji Santoso.
Bahkan pemain yang mengaku masih ingin kuliah dan mengambil jurusan ekonomi itu mengaku telah dinasehati oleh pelatihnya di sekolah sepak bola semasa kecil. Andik mengaku terkadang masih ada kontak dengan Rudi meski hanya melalui telepon. "Ia hanya berpesan supaya saya berhati-hati dan tetap menjadi Andik yang seperti dulu," ungkapnya.
Andik pun mengakui bahwa orangtuanya justru sosok yang paling berjasa dalam perjuangan hidupnya dari kecil hingga saat ini. Sikap dan dukungan orangtua yang dilihatnya sejak kecil telah berhasil memotivasi dirinya untuk menjadi sebesar saat ini dan ingin terus menjadi besar di dunia yang memang disukainya sejak kecil, sepak bola.
Editor | : | Benediktus Gerendo Pradigdo |
Komentar