0.
Di laga itu, PSPS sebenarnya bermain cukup bagus. Status sebagai tim tamu tak membuat mereka diam begitu saja. Buktinya, mereka memberi perlawanan yang cukup berarti kepada kubu tuan rumah kendati terus ditekan.
Namun malang, semangat besar yang ditunjukkan anak-anak Malang tak bisa mereka redam. Asykar Bertuah pun harus tertinggal lebih dulu ketika laga berjalan selama 21 menit. Gol yang diciptakan Dicky Firasat itu pun bertahan dan menutup babak pertama.
Ketertinggalan itu untungnya direspon anak-anak Pekanbaru. Namun lagi-lagi, bukannya dihampiri keberuntungan, anak-anak Pekanbaru justru harus kebobolan lagi pada menit ke-52. Gol yang diciptakan Arif Ariyanto itu menjadi gol yang terakhir dan memastikan PSPS harus pulang dengan tangan hampa.
Menanggapi hasil tersebut, pelatih PSPS, Mundari Karya tampak kecewa. Bagaimana tidak? Strategi yang telah dibuatnya tak berjalan sesuai dengan apa yang dinginkan.
"Hal itu terjadi setelah Arema bisa mencetak gol cepat. Gol pertama Arema bikin tim kedodoran, sehingga strategi yang diterapkan tidak berjalan maksimal," kata Mundari seusai pertandingan.
Dengan kekalahan itu, PSPS harus turun satu tangga ke tempat kedelapan dengan poin 16. Sebaliknya, hasil itu justru membuat Arema naik satu tinggat ke posisi ke-17 dengan perolehan poin 10, menggusur Persiram Raja Ampat yang terpaksa turun ke dasar klasemen.
"Hasil itu sangat memuaskan," kata Joko Susilo, pelatih Singo Edan. Hanya, pelatih caretaker itu menganggap kalau penampilan anak asuhnya masih kurang memuaskan. "Secara permainan saya kurang puas."
/Indra Ita
Editor | : | Frengky Aruan |
Komentar