10 yang dialami timnas Indonesia saat menghadapi Bahrain di Stadion Nasional Manama, Bahrain, Rabu (29/2) malam WIB, membuat banyak pihak mengecam PSSI. Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, pun diminta mundur. Namun, Djohar menolak.
Timnas Indonesia harus mengalami kekalahan terburuk sepanjang sejarah sepak bola Indonesia saat bertandang ke Bahrain dalam laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2014 Grup E Babak Ketiga Zona Asia. Mengirimkan pasukan baru dalam laga ini, Indonesia menelan kekalahan telak 0-10.
Kekalahan itu menjadi kekalahan terburuk, di mana sebelumnya tercatat timnas mengalami kekalahan 0-9 dari Denmark dalam sebuah laga persahabatan pada tahun 1974. Bahkan dalam situs wikipedia, catatan kekalahan terburuk Indonesia pun langsung berganti dalam hitungan beberapa jam.
Rekor kelam pada 29 Februari ini membuat masyarakat Indonesia bereaksi keras terhadap kepengurusan PSSI yang dianggap menjadi biang keladi kisruh sepak bola di Indonesia yang menyeret nasib timnas menjadi buruk di dunia internasional. Reaksi keras di jejaring sosial mau pun poster yang ditempel masyarakat di depan pintu gerbang kantor PSSI bermunculan dan menyuarakan agar Djohar Arifin Husin untuk mundur.
Namun, ketika dikonfirmasi, Djohar dengan tegas menolak untuk mundur. Menurutnya, mundur dari posisinya sebagai Ketua Umum PSSI bukanlah sebuah jalan keluar dari masalah karena merasa kekalahan ini lebih disebabkan oleh kepemimpinan wasit.
"Saya katakan ini memang kekalahan yang memalukan. Tapi, orang yang bikin salah kok kita yang mundur. Ini bukan sebuah penyelesaian masalah. Kami ini bertanggung jawab pada kongres, dan program-program kita harus jalan. Mau ke mana sepak bola kita ini kalau hal-hal tidak benar seperti ini kita beri toleransi," ujar Djohar dalam keterangannya di Kantor PSSI, Jumat (2/3) sore WIB.
Djohar merasa bahwa kekalahan ini bukan disebabkan oleh kualitas tim, melainkan kepemimpinan wasit dalam pertandingan tersebut merusak permainan timnas Indonesia. Untuk itu PSSI telah meminta FIFA untuk melakukan penyelidikan terhadap pertandingan itu.
Editor | : | Benediktus Gerendo Pradigdo |
Komentar