Ketua Umum KONI Sumatera Selatan, Mundai Madang, mengaku prihatin dengan kondisi pesepakbolaan di Indonesia. Terutama setelah timnas Indonesia dipermalukan Bahrain di babak kualifikasi Piala Dunia, Rabu (29/2) lalu.
"Wajar jika kita prihatin. Karena sepak bola saat ini bukan lagi hanya sekedar olah raga saja, tapi alat untuk menunjukkan harga diri bangsa," kata Madang saat jumpa pers di The Only One Club, FX, Sabtu (3/3).
"Jangan kan kita, Rio Ferdinand saja menunjukkan keprihatinannya. Padahal dia bukan bagian dari timnas," sambung pria yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Sumsel Optimis Mandiri, perusahaan yang memiliki saham Sriwijaya FC.
Seperti yang diketahui, Timnas Indonesia menelan kekalahan yang cukup besar di laga melawan Bahrain di Stadion Nasional Bahrain, di kota Manama. Ferdinand Sinaga cs. ditekuk 10 gol tanpa balas. Kekalahan itu pun mencoreng nama bangsa. Pasalnya, sepanjang sejarah inilah kekalahan terbesar yang harus diterima Indonesia.
Situasi itu sendiri membuat sebagian masyarakat bersuara. Dari sebagian suara, nama Djohar Arifin cs. lebih banyak mendapat sorotan. Hal ini tak lepas dari keputusannya yang melarang pemain yang berkompetisi di ISL untuk memperkuat Timnas.
"Jika kita memainkan semua pemain, walaupun kita dicurangi hasilnya pasti tidak akan terlalu parah," jelas Madang. "Di klub kami, Sriwijaya FC saja ada lima sampai enam pemain yang bagus dan bisa dipakai untuk timnas. Tapi gara-gara keputusan pengurus, mereka tidak terpakai. Kita tentu mubajir melakukan pembinaan terhadap mereka."
| Editor | : | Frengky Aruan |
Komentar