Ketua Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), Tonny Aprilani, kembali menegaskan bahwa PSSI telah melakukan kebohongan, di mana kali ini dilakukan kepada KONI. Tonny menyatakan PSSI melakukan kobohongan terkait pernyataan bahwa sejak awal tak ada konflik internal, melainkan hanya konflik dualisme kompetisi.
Deputi Sekjen PSSI bidang Organisasi, Hadiyandra, mengungkapkan bahwa PSSI menganggap selama ini tak ada konflik internal dalam organisasi mereka. Menurut Hadiyandra yang ada hanya konflik terkait dualisme kompetisi antara Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL). Pernyataan itu dilontarkan Hadiyandra saat menemui KONI dan dalam keterangan persnya di kantor PSSI, Kamis (15/3) siang WIB.
Namun, Tonny menganggap itu adalah sebuah pembohongan yang dilakukan PSSI terhadap KONI yang merupakan induk organisasi olah raga di Indonesia. Menurutnya, jelas selama ini yang terjadi adalah konflik internal PSSI karena dirinya dan tiga anggota komite eksekutif lainnya tetap pengurus PSSI. Dengan pernyataan Hadiyandra yang dianggapt Tonny sebagai pembohongan kepada KONI pun membuat Ketua Pengprov PSSI Jawa Barat itu semakin yakin bahwa PSSI pun tak akan takut membuat kebohongan kepada masyarakat.
"Ada pembahasan dari PSSI tadi yang mengatakan tidak ada konflik internal. Ada bahasa dari Hadiyandra yang mengatakan begitu tadi. Konflik organisasi katanya tidak ada, yang ada konflik dualisme kompetisi. Inilah yang menurut KONI sebagai pembohongan. Kalau PSSI berani bohong ke KONI, apalagi kepada rakyat," ungkap Tonny di kantor KPSI, Kamis (15/3) malam WIB.
Sebagai bentuk kekecewaan, KONI akhirnya langsung mengeluarkan sembilan poin putusan yang kemudian tak ingin diakui oleh PSSI. Bahkan menurut pengakuan Tonny, Ketua Umum KONI, Tono Suratman, mengindikasikan dukungannya terhadap Kongres Luar Biasa yang akan diselenggarakan KPSI 18 Maret 2012 mendatang. "Beliau (Tono) hanya berpesan, 'selamat berkongres', itu saja dan tak mau bersalaman dengan orang PSSI," ujar Tonny.
Editor | : | Benediktus Gerendo Pradigdo |
Komentar