Upaya PSSI menyelesaikan kisruh di sepak bola Indonesia dengan jalan rekonsiliasi kembali buntu. Pada pertemuan ketiga yang digelar di Hotel Century Park, Kamis (5/4), tak ada satupun klub Indonesia Super League (ISL) yang memenuhi undangan untuk membahas jalan keluar terkait dualisme kompetisi.
Meski begitu, PSSI kata Bernhard Limbong, Penanggung Jawab Timnas sekaligus Ketua Tim Rekonsiliasi PSSI, tidak akan berhenti. "PSSI akan terus berupaya. Hal ini kita lakukan demi sepak bola Indonesia," kata Limbong saat jumpa pers di Senayan Meeting Room, Hotel Century Park, Kamis (5/4) sore.
Karena itu, PSSI dalam waktu dekat akan melakukan cara lain untuk bisa bertemu klub-klub ISL. "Karena pertemuan seperti ini sudah tidak efektif lagi, kita tak akan melakukannya lagi. Kita akan melakukan secara persuasif," jelas Jenderal bintang satu itu.
Salah satunya dengan bertemu secara langsung atau door to door. "Kalau door to door tidak bisa juga, kita akan menempuh cara lain." Hanya saja, Limbong masih enggan menyebutkan cara lain yang dimaksud.
Sebelumnya, PSSI sendiri telah menuai dua kegagalan. Pada pertemuan pertama di Hotel Crowne, 14 Maret lalu contohnya dari 12 klub ISL yang diundang hanya Persib Bandung saja yang datang. Sedangkan pada pertemuan kedua yang digelar di tempat yang sama pada 29 Maret, tak ada satupun klub yang datang.
Selain akan terus berupaya bertemu klub-klub ISL, Limbong sendiri tak menampik pertemuan dengan pihak-pihak lain bisa saja dilakukan untuk mendukung terjadinya rekonsiliasi. "Mungkin kita akan melakukannya secara tertutup. Pastilah kita yang akan mendatangi mereka," jelas Limbong.
Sementara itu, disinggung soal sanksi yang akan dikeluarkan FIFA apabila Indonesia tak juga bisa menyelesaikan permasalahan hingga 15 Juni mendatang, Limbong menunjukkan nada ketidakkhawatiran.
"Saya yakin kita tidak akan di ban. Untuk itu, semua upaya penyelesaian permasalahan akan terus kita laporkan ke FIFA supaya FIFA melihat penyebabnya. Selain itu, agar kita tidak di ban, marilah kita bersatu," ucap Limbong.
Editor | : | Frengky Aruan |
Komentar