Formula 1 beresiko merusak reputasinya apabila tidak bereaksi terhadap semakin memanasnya situasi politik di Bahrain, menjelang bergulirnya ajang grand prix pada tanggal 22 April 2012.
Hal itulah yang menjadi pandangan dari eks juara dunia F1 1996, Damon Hill, yang berpikir dengan adanya gelombang protes baru yang bergulir di jalanan dan fokus perhatian dunia sedang tertuju pada aktivis Abdulhadi Alkhawaja, yang menahan rasa lapar selama 58 hari selama dipenjara, para petinggi F1 tidak harus bertindak seolah-olah mereka tidak peduli dengan kondisi di Bahrain.
"Saya pikir situasinya saat ini sedang memanas, di mana tidak bagus apabila ingin bepergian ke Bahrain, ketika situasinya saat ini sedang meradang," kata Hill pada BBC Radio 4.
"Kami memiliki hak asasi manusia presiden Alkhawaja yang berada dalam situasi serius, dengan waktu tersisa tinggal dua minggu lagi untuk melakoni grand prix. Ini merupakan panggilan yang sangat sulit, dan perhatian saya adalah F1 dianggap tidak peduli karena hal itu akan benar-benar merusak citra F1."
Awal pekan ini, Hill memaksa agar perhelatan grand prix di Bahrain agar ditunda, karena situasi yang terjadi di negara timur-tengah tersebut. Ia mengisyaratkan keyakinannya bahwa akan berjalan dengan salah apabila menggelar ajang grand prix yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan politis dari para penguasa Bahrain.
"Saya pikir dalam kondisi tertentu, tidak akan menjadi masalah," ujar Hill. "Saya ragu mereka akan menunda grand prix, tapi apabila mereka tetap memaksakan untuk menggelar ajang tersebut, maka mereka harus bisa menjamin adanya pencegahan terhadap para pengunjuk rasa untuk menyampaikan tujuan mereka," lanjut eks pebalap asal Inggris yang kini sudah berusia 51 tahun tersebut.
"Tampaknya perhelatan tersebut akan digelar dari dalih di satu sisi saja. Hal itulah yang mengkhawatirkan reputasi dari olah raga ini, karena kemungkinan besar akan mengusung misi-misi yang bersifat politis," tuntasnya.
Editor | : | Galih Rachdityo |
Komentar