PSSI dijadwalkan akan bertemu tim Task Force AFC di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (24/4) besok. Untuk pertemuan tersebut PSSI yang dikomandoi Djohar Arifin Husin sendiri telah menyiapkan segala hal, salah satunya data mengenai kronologis munculnya dualisme kompetisi.
"Kami sudah siapkan kronologis itu, tepatnya mengenai bagaimana munculnya dua kompetisi. Itu sudah kami siapkan. Kami sendiri sebenarnya belum tahu apa saja yang akan ditanyakan oleh tim Task Force," kata Tondo Widodo, Deputi Sekjen Bidang Media kepada wartawan, Senin (23/4).
Menurut Tondo, munculnya dualisme kompetisi di Indonesia itu sendiri berawal dari sikap PT Liga Indonesia yang tidak bersedia menyerahkan kewenangan kepada PSSI menjadi legulator. "Mereka juga tidak mau diaudit," jelas Tondo.
"Lantaran mereka tidak mau memberikan pertangungjawaban, maka kami bentuk PT Liga Prima Indonesia Sportindo sebagai penggerak kompetisi." PT LPIS itulah yang akhirnya memegang kendali atas kompetisi di Indonesia, salah satunya kompetisi di level tertinggi, Indonesia Primer League (IPL).
Sementara PT LI yang menyatakan masih punya hak pun terus melenggang bersama kompetisinya, Indonesia Super League (ISL). Situasi itupun membuat Indonesia punya dua kompetisi, tak hanya di level tertinggi, tapi juga di Divisi Utama, Divisi I, II, III.
Munculnya dualisme kompetisi itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya berbagai persoalan baru, di antaranya dualisme klub, larangan kepada pemain ISL untuk membela timnas, dualisme keorganisasian, dan peluang terjadi dualisme di timnas Indonesia.
"Awal Desember kami sebenarnya sudah mulai melakukan rekonsiliasi. Kami panggil klub-klub ISL, namun selama tiga kali pertemuan, mereka tidak hadir. Lalu, Menpora juga minta semua pemain timnas dipanggil lagi. Itu sudah kami lakukan sebagai salah satu usaha PSSI untuk merangkul dan mnyelesaikan konflik dualisme kompetisi."
Editor | : | Frengky Aruan |
Komentar