Lewis Hamilton mengungkap rahasia di balik kepindahannya dari tim Mclaren ke Mercedes musim depan. Pebalap asal Inggris ini mengaku bukan masalah uang alasannya pindah, melainkan mimpinya untuk memiliki karier seperti yang diraih Michael Schumacher.
Seperti dilansir Mirror, menurut kabar yang beredar gaji 17 juta poundsterling atau sekitar 262,8 miliar rupiah untuk satu tahun menjadi alasan Hamilton pindah ke Mercedes. Namun pebalap berusia 27 tahun ini mengklaim bukan itu alasan kepindahannya. Ia merasa di Mclaren dirinya tidak memiliki tantangan baru. Hamilton tertantang untuk menjadi legenda dunia balap Formula One, seperti yang dilakukan Schumacher. Schumi membawa tim Ferrari juara konstruktor enam kali berturut.
"Michael menjadi juara dunia bersama Ferrari, yang sebelumnya jarang menjadi juara. Kita belum pernah menjumpai pebalap lain yang seperti itu. Tantangan tersebut menjadi luar biasa bagi saya," ujar Hamilton.
Hamilton membandingkan perpisahannya dengan tim Mclaren dan CEO Mclaren, Martin Whitmarsh seperti bercerai dengan istri. "Ini bukan masalah tawaran. Saya memiliki dua tawaran yang hampir sama. Namun tawaran yang satu kurang disorot pihak media."
"Martin menanyakan kepada saya, apa yang diberikan lebih oleh tim lain itu. Saya bilang ini masalah tantangan baru dan sebuah langkah masa depan yang saya ingin lakukan."
Keputusan Hamilton untuk pindah dari Mclaren merupakan keputusan terbesar yang pernah dibuat selama hidupnya. Hamilton merasa sangat lega semua proses tersebut akhirnya berlalu. "Hal itu sangat sulit dilakukan. Mimpi saya saat berumur 10 tahun yaitu membalap bersama tim Mclaren. Saya harus membandingkan dua tim dan memikirkan tantangan apa yang saya inginkan di masa depan. Ide untuk bersama tim yang tidak memiliki kendaraan bagus merupakan hal menarik," ujar Hamilton.
"Mungkin dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, saya dapat membantu mereka (tim Mercedes) maju. Saya tidak bisa hanya mengambil rute yang mudah dan bertahan dengan kendaraan yang sangat membantu selama beberapa tahun terakhir. Saya harus memisahkan emosi dengan keputusan, tetapi saya lega semua itu sudah berlalu. Saya lelah untuk memikirkan semua itu," ucap Hamilton.
Editor | : | Okie Prabhowo |
Komentar