sama berasal dari Belgia dan pernah tinggal lama di Prancis. Eden Hazard berkiprah di dunia sepakbola, sedangkan Deborah adalah seorang model. Permainan gemilang Hazard di Liga Inggris saat ini membuat Deborah ikut merasa bangga.
Selama berkarier di ranah rantau termasuk di Paris, Deborah mengaku sangat kenal dengan Eden Hazard. Meski tak memiliki hubungan asmara, pertemuan mereka di negeri mode tersebut terasa sangat berkesan. "Tak banyak orang Belgia yang ada di Perancis, apalagi sampai meniti karier. Eden adalah pengecualian, dan dia sungguh pria yang menyenangkan," katanya, di gossip.it.
Deborah mengaku beberapa kali jalan bareng dengan eks Lille tersebut. Saat hang out itulah, Hazard seringkali curhat tentang kehidupannya yang jauh dari kampung halaman. "Eden anak muda yang luar biasa. Saya pikir dia satu yang terbaik di dunia, dan timnas-ku sangat berharap dia mampu tampil trengginas, dan mengantar kami ke Brasil 2014," sebut Deborah.
Ia yakin, Hazard akan sukses meski tidak di tahun pertama. "Dia harus beradaptasi dengan sistem prmainan yang baru, karena Ligue 1 dan Premiership tentu sangat berbeda, terutama prilaku wasit dan permainan fisik," ucap Deborah. Model berusia 25 tahun ini mengaku selalu berusaha untuk menyaksikan aksi Hazard di layar televisi, baik saat membela timnas maupun Chelsea.
Kedekatan mereka sempat menimbulkan rumors kalau kedua andalan Belgia ini tengah merajut cinta. Berkali-kali mereka kepergok terngah bermesraan, meski tetap menolak kalau tengah berpacaran. Sampai akhirnya Hazard pindah ke Inggris, hubungan asmara keduanya tak pernah telontar ke media dan khalayak. "Dia pemuda yang romantis dan menyenangkan. Siapapun akan merasa nyaman di dekatnya," ujar Deborah.
Nama Eden Hazard begitu cemerlang musim ini di pentas Premier League. Kepergiannya ke Chelsea tak sia-sia, karena dia mampu langsung menembus tim utama. Bahkan, ia menjadi pemain kunci, dan kini sudah memberi tiga gol dalam 18 pertandingan bersama The Blues.
Tak heran, penampilan menawan pemuda berusia 21 tahun tersebut membuat bangga siapapun yang pernah dekat dengannya. Mantan klubnya, Lille sudah menyatakan kepuasaannya, meski menyesal telah melepas asset berharganya tersebut ke London.
Beberapa orang asal Belgia, negara kelahiran Hazard, yang tengah merantau atau sudah menjadi warga negara Perancis, juga turut bangga. Mereka bahkan rela terbang ke London di akhir pekan, jika Chelsea bermain, baik kandang ataupun tandang. Artinya, efek Hazard memberi sesuatu yang berbeda.
Rasa bangga luar biasa juga tengah menyeruak pada sosok gadis cantik bernama Deborah Francois. Nama ini sudah tak asing lagi bagi dunia hiburan di Perancis khususnya, dan Eropa umumnya, terutama di level dunia modelling.
Namanya punya reputasi tersendiri, yang membuat siapapun akan kagum dan bakal terseret bak menemukan kekuatan magnet yang begitu besar. Namun kali ini Deborah Francois mengungkapkan isi hatinya, terutama terkait pesona Eden Hazard.
Sepanjang pekan ini wanita kelahiran 24 Mei ini berada di ibu kota Italia, Roma, untuk hadir dalam Festival Film Roma 2012. Sebagai negara yang memiliki budaya sepak bola kuat, para jurnalis juga tak luput untuk mencari celah agar beberapa selebritas tersebut berbicara tentang dunia si kulit bundar tersebut.
Maka ketemu-lah nama Deborah Francois. Kebetulan sifat Deborah sangat hangat, dan memiliki banyak pengalaman tentang dunia olahraga yang dianggap sebagai ranahnya laki-laki tersebut. "Bagaimanapun, saya sangat bangga dan senang melihat Eden begitu terkenal di Inggris. Awalnya saya sempat meragukan dia, karena saya tahu betul kondisinya. Namun determinasinya begitu luar biasa, dan saya pikir itulah yang membuat dia bisa meraih hati publik Chelsea," kata Deborah.
Tentu saja banyak orang tak mengira kalau Deborah dekat dengan Hazard. Maklum, dunia mereka berbeda 180 derajad. Kedua insan manusia tersebut sama-sama berasal dari Belgia. Mereka hanya dipisahkan oleh kota, Hazard lahir di La Louvière, sementara Deborah ada di Liege, ibu kota negara yang tergabung dalam Benelux tersebut.
Laporan Tribunnews/Nurfahmi Budi
| Editor | : | Ade Jayadireja |
Komentar