Ternyata tamu dari negeri gurun pasir itu hanya juara klub divisi satu Arab Saudi: Al Ittifaq. Padahal sebelumnya PSSI menegaskan tamu yang akan datang dari negeri petro dolar itu adalah tim nasional Arab Saudi yang berlaga di Olimpiade Los Angeles.
Untung permainan mereka tidak terlalu buruk, meski mereka harus tekut lutut dua kali. Melawan Garuda 0-1 dan Galatama Selection 1-4. Seandainya Al Ittifaq tidak punya apa-apa, entah akan dibawa ke mana muka malu PSSI.
Menurut Sekum PSSI, Nugraha Besoes pihaknya sebelumnya memang tak persis tim yang akan datang. "Jadi untuk kemudahan segalanya, kami terpaksa menyebut tim nasional Arab Saudi," katanya.
Namun ia menegaskan, prestasi tamu yang akan datang itu sudah diketahui. "Kami tentu tidak akan sembarangan mendatangkan tim dari luar negeri," sambungnya.
Tapi kasus ini sempat menimbulkan kesan bahwa PSSI akan menerima tim apa saja dari Arab Saudi karena kehadiran mereka tak merepotkan kas PSSI. Mereka datang dengan segala sesuatu diurus sendiri, termasuk pengangkutan dan penginapan.
"Mereka memang tidak kita bayar, tetapi apakah anda kira kita tidak mengeluarkan biaya?" tutur Nugraha setengah bertanya. Karena itu ia minta hal tersebut tidak dipermasalahkan. Ditambahkannya, dasar penerimaan tim dari Arab Saudi itu adalah karena PSSI hendak mengetahui bagaimana gaya dan pola Brasil diterapkan tim Arab, dan sampai sejauh mana dampaknya bagi perkembangan persepakbolaan negeri tersebut. "Kan kita juga dipegang Barbatana dari Brasil," katanya lagi.
Untuk membuktikan penerimaan yang tidak asal-asalan, Nugraha mengeluarkan seperangkat surat penolakan PSSI pada beberapa klub dari berbagai negara. Misalnya tim nasional Suriname, salah satu klub anggota divisi II dari Swiss dan klub Aalborg Denmark.
"Jadi sekali lagi kita memang harus hati-hati dalam menerima tamu. Buat apa kalau prestasi mereka memang kita tidak tahu, meskipun semuanya akan mereka tanggung sendiri," kilah Nugraha.
Lumayan
Bagi pelatih tim Galatama Selection, Sinyo Aliandoe, kedatangan Al Ittifaq tidak mengecewakan meski semula ia menyangka tim nasional Arab Saudi. "Kita malah bisa belajar cukup lumayan untuk menghadapi lawan yang kelak bemain bertahan penuh seperti yang ditampilkan Ittifaq," katanya.
Selain itu, kuat atau lemah klub tamu yang dihadapi, tetap mempunyai manfaat bagi timnya. Ini dikatakannya sangat berkaitan dengan program yang dihadapi timnya itu sendiri. "Ada kalanya kita memang membutuhkan tawan yang lebih lemah dan ada kalanya sebaliknya. Untuk mengukur kerjasama dan ketangguhan tim yang kita bina," sambungnya.
Dari Ittifaq, ia memperoleh cukup masukan. Apalagi kata Sinyo, Galatama Selection tanpa persiapan sama sekali. "Hanya saja PSSI harus berbuat sedikit lebih teliti untuk tim saya ini. Persoalannya tentu menyangkut roda kompetisi. Jangan sampai kompetisi terganggu hanya karena pertandingan persahabatan. Coba Anda bayangkan, sehari sebelum melawan Ittifaq sebagian besar pemain bertarung dalam kompetisi. Sehari setelah itu juga demikian. Ini kan jelas membahayakan pemain dan kompetisi," tutur Sinyo.
Untuk masa datang, Sinyo katakan, ia hanya akan menerima tawaran main jika benar-benar tidak membahayakan pemain. "Kami memang perlu bertanding melawan klub-klub tamu. Tapi jangan sampai merugikan pemain kita sendiri. Kalau terjadi apa-apa, sementara waktu begitu sempit, kan celaka semua. Untung kami menang," ujarnya.
Keuntungan lain yang boleh dipetik PSSI tentu saja dari bidang dana. Kalau dalam kejuaraan Piala Asia yang bermodal Rp 400 juta Iebih PSSI rugi Rp 50 juta, kali ini mereka untung. Meski tidak besar, tetapi dalam kondisi seperti saat ini, keuntungan seberapapun pasti harus disambut.
Menurut sekretaris panitia, Max Boboy, modal panitia untuk dua pertandingan Al Ittifaq itu hanya Rp 4 juta. Padahal pemasukan di hari pertama melawan Garuda saja sekitar Rp 8 juta dan melawan Galatama Selection Rp 2 juta. Jadi paling tidak Rp 5-6 juta masuk kantung. Selamat deh.
(Penulis: Mahfudin Nigara - Tabloid BOLA, edisi no. 27 Jumat 31 Agustus 1984)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar