kawan dipastikan harus berjuang lebih berat untuk mempertahankan gelar juara divisi utama PSSI yang direbutnya Desember 1983 di Senayan, setelah mematahkan ambisi Persib Bandung 2-1 lewat adu penalti. Dalam teori perang disebutkan: "mempertahankan kemenangan jauh lebih sulit dari merebutnya".
Mulai 15 Januari ini, gelar puncak sepakbola amatir di tanah air itu, akan dipertaruhkan di Banda Aceh. Tahap pertama sebelum ke putaran berikutnya, lima tim tampil sebagai penantang dan akan berjuang keras menumbangkan PSMS. Untuk itu kelimanya, Perseman Manokwari, Persib Bandung, Persija Jakarta, PSP Padang, dan tuan rumah Persiraja telah bersiap.
PSMS pun telah mempersiapkan diri. Dari 35 pemain yang diseleksi sejak Oktober, diciutkan menjadi 26 dan terakhir tinggal 19 pemain. Ke-19 nya, mulai 6 Januari masuk pusat latihan. Mereka digenjot lebih keras oleh pelatih Parlin Siagian, dibantu Sunardi B yang bertugas rangkap, pemain dan asisten pelatih.
Walau telah bersiap dalam waktu panjang, ternyata Parlin belum puas melihat kemampuan pemainnya. Ia melihat masih banyak kelemahan yang memerlukan pembenahan. Ini sejalan dengan pendapat manajer tim, Bawono. "Semua lini masih punya kelemahan. Kalau sudah prima, buat apa pemusatan latihan," ujarnya berdiplomasi.
Entah sudah sepakat harus begitu bila menghadapi wartawan, Parlin juga ikut bergaya diplomat. Bekas pemain andalan PSMS ini hanya menyebut. "Kiloannya sama", mengenai prestasi keenam tim yang akan bertarung di kota Serambi Mekah itu.
Tapi Parlin yang akrab dengan Warbun (sebutan kelompok wartawan olahraga di Stadion Kebun Bunga Medan), sering minta saran dan kritik wartawan.
Parlin terpaksa berpikir keras menanggapi saran BOLA, supaya debutan lapangan tengah, Suheri, ditempatkan sebagai gelandang menyerang dari posisinya sebelum itu, gelandang bertahan.
Dalam pertandingan uji coba, Suheri (20) sering terlanjur ke depan, karena nalurinya yang besar untuk mencetak gol. Nalurinya memang terdukung oleh kemampuan menembak dari segala posisi dan tembakannya pun terarah. Tapi akibatnya juga fatal. Posisi melapis free back sering ditinggalkannya, sementara rekannya tak segera menutup.
Deskripsi merugikan yang dikemukakan BOLA ini, didukung beberapa pengamat. "Suheri memang sebaiknya ditempatkan sebagai gelandang menyerang," kata seorang pengamat. "Kalau Parlin tak menggesernya ke depan, kita rugi dua kali, " sambut seorang wartawan. Nalurinya mencetak gol sulit tersalurkan, hingga lini bawah sering kosong akibat ditinggalkannya.
Striker
Selain kasus itu, Parlin dan Bawono memprihatinkan barisan penyerang. Belum ada pemain yang benar-benar berkualitas striker. Dua calon yang ada, Yusnik Adiputra dan M. Siddik , sama-sama masih punya kelemahan.
Yusnik memang bernaluri lapar gol, tapi badannya berat dan gerakannya sering membabi-buta. Akibatnya ia selalu gagal mencetak gol, walau peluang sebenarnya ada. Dalam mencetak gol, Siddik masih lumayan. Tapi pemain muka baru ini dikhawatirkan grogi, seperti ketika uji coba lawan tim Malaysia di Lhok Seumawe Desember lalu. Melalui gol Sunardi B, PSMS menang 1-0.
Karena tak ada lagi calon striker yang pantas direkrut, keduanya dimanfaatkan sebisa-bisanya. Bawono dan Parlin yakin, keduanya bisa mematangkan diri selama pemusatan latihan. Dari keyakinan ini pulalah ditargetkan kedudukan 3 Besar di Banda Aceh. "Target di putaran selanjutnya, nantilah dipikirkan," kata Bawono.
Top Scorer
Dalam pendapat publik sepakbola Medan, kalau sasaran sementara hanya 3 Besar, PSMS tak perlu khawatir. Pendapat ini cukup beralasan, melihat hasil-hasil selama uji coba. Bertahap sejak pertengahan Desember 1984, PSMS menang 10-0 atas Pita Sutera, 5-0 lawan Medan Tama, 4-3 lawan Garuda, 2-1 lawan Deli Putra, 4-1 lawan Pita Sutera, 2-1 lawan Perisai, 1-0 lawan tim Malaysia, dan terakhir, 4 Januari menang 5-1 lawan PSMS Yunior.
Catatan BOLA menunjukkan, selama delapan kali uji coba, Siddik dengan 10 gol tercatat sebagai top scorer. Menyusul Sunardi B dan Sakum Nugroho masing-masing lima gol. Calon striker Yusnik Adiputra tiga gol.
Rencananya berangkat ke Banda Aceh 13 Januari, 19 pemain andalan juara bertahan ini adalah Ponirin Meka, Supriyono, Hadi Sakiman, Nirwanto, Hamdardi, Sunardi A, Bernard Siahaan, Sunardi B, Ronny Syaifuddin, Suheri, Amrustian, RS Bangga Gultom, Sakum Nugroho, Khaidar Aswan, Musimin, M. Siddik, Raj Kumar, Sumardi, dan Yusnik Adiputra.
(Penulis: Syamin Pardede - Tabloid BOLA, edisi no. 46, Jumat 11 Januari 1985)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar