Konflik tak berkesudahan yang terjadi di organisasi sepak bola Indonesia membuat FIFA dan AFC beberapa kali turun tangan. Setelah tahun lalu membentuk Komite Normalisasi untuk menyelesaikan kemelut, tahun 2012 dua kali FIFA dan AFC kembali turun tangan. Toleransi istimewa diberikan pada Indonesia yang kembali lolos dari skorsing.
AFC berperan ketika PSSI dan KPSI sepakat untuk menandatangani MoU di Kuala Lumpur, Juni. Ada lima butir poin MoU yang disepakati. Selain itu, dibentuk juga Komite Bersama yang terdiri dari delapan orang dari kubu PSSI-KPSI dan bertugas menyelesaikan konflik.
Harapan konflik bakal selesai sebetulnya sempat terbit karena ada titik terang setelah MoU dibuat. Namun kenyataannya PSSI dan KPSI kembali berbeda pendapat soal peserta dan status Kongres.
PSSI menganggap Kongres berstatus Luar Biasa dan tak mengakomodasi sepenuhnya voter Kongres Solo. Sementara KPSI berpegang pada MoU yang meminta voter Solo dan status Kongres Biasa.
Akibatnya, saat deadline Kongres pada 10 Desember kedua kubu memilih menggelar kongres sendiri-sendiri di Jakarta dan Palangkaraya. Hal ini berarti masalah belum juga selesai.
Lantaran MoU tak sepenuhnya berjalan dan kesepakatan gagal terlaksana dengan lancar, urusan kisruh sepak bola Indonesia kembali harus ditangani FIFA. Kali ini induk organisasi sepak bola dunia itu mengeluarkan keputusan saat rapat Komite Eksekutif di Tokyo, Desember.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia sempat membentuk Satgas untuk merespona surat FIFA tanggal 26 November. Setelah rapat Komek di Tokyo, FIFA kemudian menangguhkan sanksi buat Indonesia dan menugaskan Satgas AFC untuk membantu Indonesia menyelesaikan konflik. Indonesia diberi batas waktu baru hingga Maret 2013 untuk membereskan kisruh organisasi.
Skorsing yang batal dijatuhkan dan pemberian waktu tambahan untuk menyelesaikan konflik ini sempat diklaim oleh dua pihak. Pemerintah dan PSSI sama-sama merasa berhasil melobi FIFA sehingga Indonesia masih lolos dari skorsing. (win)
Editor | : |
Komentar