2016, kabinet yang dipimpin Menteri Perdagangan Gita Wirjawan ini dipaksa menghadapi kenyataan pahit.
Menurunnya rangking pemain ditentukan banyak faktor, terutama kualitas permainan mereka. Menghadapi hal tersebut, PBSI pun telah menetapkan target tersendiri dalam waktu setahun ke depan.
"Dalam waktu dekat ini kami ingin bisa meningkatkan kualitas dan prestasi para atlet dengan mencapai rangking setinggi-tingginya," ujar Kepala Bidang Pengembangan PBSI, Basri Yusuf.
Untuk itu, segala cara akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya dengan terus menerapkan sports science di pelatnas. Setidaknya ada tujuh aspek yang harus dikembangkan, yaitu sports physiology, sports nutrition, sports psychology, sports physiotherapy, sports performance analysis, sports technology, dan sports administration.
"Sejauh ini saya lihat pelatnas sudah menerapkan tiga dari tujuh aspek tersebut, yaitu nutrition, psychology, dan physiotherapy," Basri menjelaskan.
Memang, lanjut Basri, tidak mudah untuk menerapkan semuanya dalam waktu dekat mengingat biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Dia mencontohkan sports technology yang membutukan software khusus dalam menelaah kemampuan seorang atlet. Begitu juga dengan performance analysis.
"Teknologi memang mahal. Tapi kami akan mencoba bekerja sama dengan KONI dan Prima (Program Indonesia Emas) dalam hal ini karena mereka memiliki fasilitas yang kami butuhkan," ujarnya.
Kerjasama seperti ini, lanjutnya, telah diterapkan Asosiasi Badminton Singapura dimana Basri pernah mengabdikan diri hampir sedekade lamanya.
Basri sendiri pernah melatih di pelatnas dari tahun 1975-1980 sebelum pindah ke PB Djarum, Malaysia, lalu ke Singapura. Dia kembali menjejakkan kaki di pelatnas ketika Gita memintanya untuk kembali mengabdikan diri di tanah air.
Editor | : | Eky Rieuwpassa |
Komentar