Tak semua kontestan Liga Primer Indonesia (LPI) bernaung di bawah konsorsium. Ada empat tim, yaitu Semen Padang, Arema, Persijap, dan Persebaya, yang tak menyusu pada konsorsium. Namun, PSSI tak pandang bulu dalam menerapkan peraturan pembatasan gaji.
"Namanya saja Financial Fair Play, biarpun mereka memiliki dana melimpah, batasan itu tetap berlaku bagi mereka," kata Deputi Sekretaris Jenderal PSSI, Saleh Ismail Mukadar.
Menurut Saleh, aturan itu harus berlaku sama. "Kecemburuan bisa terjadi karena kesenjangan," kata Corporate Secretary Persebaya, Ram Surahman, yang menyebut pihaknya menerima kucuran dana Rp20 miliar per tahun atau Rp8 miliar lebih banyak dari batas maksimal.
Namun, Persijap, yang baru lepas dari konsorsium pada musim ini, kurang sepakat dengan pembatasan gaji. "Persijap bebas menetapkan anggaran dana untuk satu musim. Hanya, kami memang setuju dengan langkah PSSI karena kebutuhan Persijap tidak berbeda dengan angka budgeting cap. Untuk satu musim dibutuhkan Rp11-12 miliar," ujar Sugiyanto, sekretaris Persijap.
"Tak masalah bila angka kebutuhannya sampai Rp15 miliar misalnya asal klub bisa memenuhi kewajibannya. Jadi, klub tidak meninggalkan persoalan seperti utang kepada pemain," kata Sugiyanto. (riz/gon)
Editor | : |
Komentar