Kekisruhan yang terjadi di sepak bola Indonesia dalam beberapa waktu ini, menimbulkan respon dari sejumlah pihak. Yang teranyar dari pakar komunikasi dan pengamat politik yang juga berprofesi sebagai dosen dan kolumnis, Tjipta Lesmana. Pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Komite Banding Pemilihan Ketua Umum PSSI 2011 itu melihat dunia sepak bola saat ini tak ubahnya percaturan politik.
"Bola tidak berbeda dengan politik. Terdapat pertempuran yang dashyat dan itu luar biasa. Lewat sepak bola, ada pihak yang ingin mendapat power, sementara melalui power itu, ia akan bisa berkuasa tinggi. Intinya dalam sepak bola atau politik ada beberapa hal yang dicari, seperti power, ketenaran, dan duit," kata Tjipta di Nusantara 3, Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Kamis (7/2).
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Tjipta ini sendiri dikemukakan dalam peluncuran buku terbarunya berjudul 'Bola Politik dan Politik Bola, ke Mana Arah Tendangannya?'. Dalam peluncuran itu hadir pula Bambang Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo, pengamat politik Effendi Gazali, CEO PT Liga Indonesia Djoko Driyono, dan Anggota Komisi X DPR RI Dedi Gumelar.
Selain Tjipta, Bambang Soesatyo juga mengatakan hal senada. Jika dianalogikan, dalam dunia politik, menurutnya juga terdapat pihak yang memiliki tugas yang sama seperti di dalam dunia sepak bola.
"Di bola ada manajer, pelatih, pemain, begitu juga di poitik. Di sini menarik. Untuk mendapatkan power ada ahli strategi. Saya juga melihat bawah kekisruhan di PSSI sama dengan di perpolitikan, yang tidak selesai. Tapi perlu dimaklumi karena ada perebutan kekuasaan, yang tidak dilakukan secara demokratis. Sebagai seorang yang awam mengenai sepak bola, saya melihat ada perebutan masif kalau sudah menyangkut masalah pride," terangnya.
Editor | : | Frengky Aruan |
Komentar