0 oleh Mercu Buana dengan tiga gol Zulkarnaen Lubis dan satu gol lagi dari Puji Harsoyo.
Peluang untuk lolos dari perempat final memang masih besar, tapi wajar juga kalau kekalahan telak itu menjadikan kubu Makassar Utama serba murung. Orang pun pasti bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan tim yang baru seminggu sebelumnya membuat kejutan dengan memukul Tunas Inti, klub serba bintang itu, 1-0?
Ilyas Hadadde (45) pelatih yang mendapatkan ilmunya dari Jerman Timur dan almarhum Tony Poganik, hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Saya benar-benar bingung dan tidak mengerti. Semua pemain seperti tidak punya semangat. Inilah hari terburuk permainan kami," kata ayah lima anak kelahlran Pare-pare itu.
Kapten tim Hafid Ali, yang pernah diadukan bersama Syamsuddin Umar terlibat kasus suap Sun Kie, melontarkan jawaban yang serupa. Ia sendiri tidak tahu kenapa timnya seperti tiba-tiba menjadi lemah dan tak berdaya menghadapi Zulkarnaen dan kawan-kawannya.
Terperangkap
Memang cukup mengherankan kalau diingat sore itu Mercu tak bisa tampil dengan kekuatan penuh. Kiper utamanya, Jamaluddin Hutauruk, terkena skorsing lima pertandingan akibat keterlibatannya dalam kericuhan ketika bertanding melawan Indonesia Muda di Senayan seminggu sebelumnya.
Di samping itu Syahrial yang merupakan duet tulang punggung pertahanan Mercu bersama Abdul Rachman Gurning juga tak bisa dimainkan karena alasan serupa. Maka logikanya, Mercu justru berada dalam posisi lebih lemah, terutama di sektor pertahanannya. Belum lagi jika dikaitkan dengan faktor psikologis setelah kericuhan di Senayan yang disesali semua orang itu.
Jadi apa?
Kepada Syamin Pardede di Medan, Ilyas tetap tak membuka keterangan yang bisa menjelaskan. Hanya menurut pengamatan wartawan BOLA itu sendiri, penampilan Makassar Utama sore itu memang lain dari biasanya. Terkesan amat hati-hati sejak wasit Amiruddin Hamzah dari Pangkalan Brandan meniup peluit pertamanya. Ciri khasnya, lugas dan keras, tak muncul sama sekali. Di lain pihak, Mercu pun meninggalkan kelugasan dan kebringasannya, tapi mengimbanginya dengan kerjasama dan permainan memukau yang seolah tanpa cacat.
Tiba di Jakarta untuk mempersiapkan pertandingan berikutnya melawan Tunas Inti, Ilyas barulah membuka pundi-pundi hatinya yang gundah akibat kekalahan total di Medan. "Kami terkejut menyaksikan penampilan Mercu sore itu," katanya kepada M. Nigara dari BOLA.
Ia merasa masuk perangkap Mercu yang ternyata bermain cantik. "Sehingga kami benar-benar didikte," sahutnya. "Selama saya menjadi pemaln dan pelatih, belum pernah melihat kesebelasan tampil begitu sopan dan bersih seperti Mercu hari itu. Saking sportifnya, seingat saya, tak pernah sekalipun mereka membuat pelanggaran yang dihukum wasit. Benar-benar mengejutkan," tambahnya.
Tak Percaya
Ilyas dan anak buahnya memang patut kaget dan merasa terperangkap. Sebab sejak mendengar berita tentang kericuhan pertandingan Mercu melawan IM yang menjadikan Senayan sebagai arena tinju, Makassar Utama sudah menyiapkan strategi khusus.
Bayangan bahwa Mercu akan tetap keras dan galak seperti ketika melawan Hadi Ismanto dan kawan-kawannya itu, membekas pada setiap pemain dan ofisial Makassar. "Dan kami sudah menyiapkan jawabannya untuk menghadapi gaya permainan Mercu itu. Ibaratnya, kami sudah siap perang. Apapun yang akan ditampilkan Mercu, akan kami layani. Tapi kami malah jadi kikuk setelah melihat mereka ternyata tampil begitu lembut," tutur Ilyas.
Dan dalam kebingungan itu, Hafid Ali cs seperti tak percaya ketika pada menit ke-55 gawang mereka dibobolkan oleh Puji Harsoyo. Kebobolan pertama dalam perempat final ini.
"Saya sendiri seperti tak percaya gol itu telah terjadi. Tapi Zulkarnaen, Abdul Rachman Gurning dan lain-lainnya memang bermain bagus. Kalau saja waktunya diperpanjang, bukan tak mungkin kami kebobolan lebih dari empat gol," tambah Ilyas.
Ia menjadi lebih prihatin karena lawan berikutnya adalah Tunas Inti, sang calon juara yang kini berada di ujung tanduk. "Mereka pasti akan tampil mati-matian. Dan dengan Ronny Pattinasarani sudah tahu betul kelemahan kami, kami bisa celaka."
Di lain pihak, Zulkarnaen, Puji Harsoyo, semua pemain dan juga pelatih George Kirby, ketawa lebar. Kemenangan pertama dari tiga pertandingan itu memang membuka peluang untuk lolos dari perempat final Grup B. Tak heran kalau Kirby sendiri mengacungkan jempolnya untuk pujian ke arahnya.
(Penulis: Syamin Pardede, Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 8, Jumat 21 April 1984)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar