Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Piala Eropa 84: Platini Membuka Pundi-Pundi

By Caesar Sardi - Senin, 4 Maret 2013 | 12:00 WIB
Michel Platini.
Dok. Tabloid BOLA
Michel Platini.

dan Prancis mengalahkan Denmark 1-0. Inilah awal kejuaraan sepakbola yang ditunggu-tunggu dunia: perebutan Piala Eropa 84.

Memang sudah diperkirakan, pertandingan pertama di Stadion Parc des Princes Paris itu akan berlangsung ketat dan keras. Karena, maklumlah, seperti kata kiper Belgia Jean Marie Pfaff minggu lalu, siapa yang memenangkan pertandingan pertama, akan lebih memiliki peluang maju ke babak selanjutnya.

Tapi mungkin memang tidak diperkirakan bahwa pertarungan memperebutkan dua angka pertama itu akan mengambil korban Alan Simonsen, andalan serangan Denmark yang pernah terpilih sebagai pemain terbaik Eropa.

Musibah itu terjadi pada menit ke-44 ketika Simonsen dan pemain belakang Yvon Le Roux sama-sama memperebutkan bola. Ketika keduanya sama-sama jatuh ternyata ada yang tak beres pada bekas pemain sayap yang kini jadi gelandang itu. Kakinya dikhawatirkan patah, sehingga harus buru-buru diangkut ke rumah sakit - dengan kemungkinan yang amat menakutkan: karirnya mungkin berhenti di situ.

Kehilangan pemain seperti Simonsen, meski umurnya sudah 31 tahun, memang bukan main-main buat Denmark. Seluruh tim ibaratnya jadi runtuh akibat perginya pemain dinamisator dan inspirator itu. John Lauridsen, yang dimasukkan pelatih Sepp Pointek untuk menggantikannya, tentu saja belum cukup matang untuk memainkan peranan serupa.

Maka memang terasa, dalam babak kedua Denmark jadi seperti memulai permainan dari nol lagi. Meski begitu gerakan-gerakan lincah Jesper Olsen dan Soren Lerby yang menjadi tulang punggung lapangan tengah dan tusukan-tusukan pemain muda penuh bakat Michael Laudrup, masih cukup merepotkan Prancis.

Dan memang, Prancis yang didukung sebagian besar dari 47.000 penonton, tetap tidak mudah menembus pertahanan DenmarK. Sampai akhirnya kerjasama trio Giresse, Lacombe, Platini, membuka pundi-pundi kejuaraan pada menit ke-77.

Gerakan yang akhirnya menghasilkan gol tunggal dalam pertandingan ini dimulai dengan umpan Giresse dari rusuk kanan. Lacombe meneruskannya ke tengah, dan Michel Platini, andalan utama Prancis yang seperti sudah tak sabar lagi, menyambarnya dengan sebuah tembakan.

Bukan tembakan yang mulus. Bola masih menyentuh kepala pemain belakang Morten Olsen sebelum membelok dan lepas dari jangkauan kiper Ole Quist, masuk gawang Denmark.

Gol pertama dalam putaran final yang diikuti delapan negara ini. Gol ke-27 bagi Platini, pemain terbaik Eropa saat ini, dalam pertandingan internasional - prestasi yang pernah dicapai pemain legendaris Prancis, Just Fontaine.

Denmark mungkin bisa menghibur dirinya dengan menerima kekalahan karena tidak diperkuat pemain terbaiknya yang jadi korban. Dan Prancis pun mungkin tak begitu nikmat betul dengan kemenangan itu karena Amoros, tulang punggung pertahanannya, harus dikeluarkan oleh wasit  Volker Roth dari Jerman Barat, hanya empat menit menjelang usai.

Amoros sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Ia lebih dulu diganjal Jesper Olsen, penyerang lawan, dan langsung bereaksi galak dengan kepalanya karena merasa kesakitan. Tapi di sinilah wasit melihatnya - dan ia menjadi korban kartu merah yang berarti tak bisa tampil lagi dalam dua pertandingan berikutnya di Grup I.

Itu berarti Prancis masih harus menyusun barisan pertahanannya lagi untuk menghadapi Belgia, Sabtu besok, dan Yugoslavia, tiga hari kemudian.

Tapi satu hal yang pasti, baik Belgia maupun Yugoslavia yang ketika berita ini turun sedang saling bertanding, harus lebih waspada menghadapi trio Platini-Giresse-Lacombe.

Satu kenyataan lagi yang harus diperhitungkan setiap lawan Prancis adalah bahwa tim asuhan pelatih Michel Hidalgo ini memang belum terkalahkan dalam tahun ini.

Mereka terus-menerus menang ketika dihadapkan dengan Inggris, Austria, Jerman Barat, dan Skotlandia. Bahkan tak kemasukan satu gol pun dalam pertarungan selama 455 menit itu.

Masih ada daftar bagus lagi: sejak Hidalgo menangani tim ini pada 1976, belum sekalipun Prancis dikalahkan di kandang sendiri, baik dalam penyisihan kejuaraan Eropa maupun Piala Dunia. Memang sebuah tim yang menarik dan memikat, seperti kata Johan Cruyff yang melihatnya dari segi agresivitasnya.

Sayang, BOLA tak bisa melukiskan satu demi satu pertandingan selanjutnya yang berlangsung di beberapa kota Prancis. Bahkan hasil pertandingan Belgia vs Yugoslavia di Grup I dan Jerbar vs Portugal serta Rumania vs Spanyol di Grup II belum bisa masuk dalam nomor ini.

(Penulis: Sumohadi Marsis, Tabloid BOLA edisi no. 16, Jumat 15 Juni 1984)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X