Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Lius Pongoh Memulai Lagi Karirnya Dari Bawah

By Caesar Sardi - Selasa, 5 Maret 2013 | 17:00 WIB
Lius Pongoh.
Dok. Tabloid BOLA
Lius Pongoh.

Dalam dua tahun terakhir nama Lius Pongoh boleh dikatakan tenggelam. Orang banyak melupakannya. Padahal prestasinya pernah cukup menjulang, sampai menjadi pemain tunggal dalam final perebutan Piala Thomas 1982 di London.

Kini jenjang karirnya mulai ditapakinya lagi. Ia lolos dalam seleksi PBSI DKI Jakarta untuk memastikan tiket ke turnamen Malaysia Terbuka (11-15 Juli) dan Indonesia Terbuka (18-22 Juli).

Ditemui di Gedung Kemakmuran Jakarta Sabtu lalu, tubuhnya tampak segar untuk melanjutkan latihan-latihannya bersama PB Tangkas, klubnya. Setelah seleksi, ia juga rajin berlatih dengan anak-anak pelatnas di Senayan.

"Lumayan," ujar Alex Taufik, pelatihnya. "Dia sudah bisa mengimbangi permainan Icuk."

Sore itu, Lius alias Nyonyong (nama kecilnya), datang lebih awal di Gedung Kemakmuran dibanding pemain-pemain lain. Begitu tiba, ia juga langsung mengenakan pakaiannya.

"Dia memang paling disiplin," ujar Djoko Asyikin (64) Ketua Bidang Organisasi PB Tangkas kepada BOLA. "Tidak ada pemain sedisiplin dia."

Ilmu Sapi

Soal disiplin memang telah ditanamkan oleh Darius Pongoh (54), sang ayah, sejak si Nyonyong masih kecil sekali. Dalam usia 5 tahun, Lius sudah digembleng fisiknya oleh ayahnya secara keras. Setiap pagi harus lari mengambil jarak Pasar Minggu- Manggarai.

"Saya pernah membaca kisah menarik tentang atlet angkat besi luar negeri," cerita Darius Pongoh di Gedung Kodam, Cililitan, ketika melatih di klub barunya, PB 56. "Seorang anak disuruh ayahnya mengangkat anak sapi setiap hari sampai sapi itu besar. Akhirnya anak itu berhasil menjadi lifter yang hebat tanpa harus latihan lagi."

Itulah ilmu yang diterapkan Darius kepada putra sulungnya. Sejak kecil, Lius memang punya cita-cita tinggi, menjadi pebulutangkis nasional. Dan Darius memompa semangat itu dengan caranya sendiri.

"Cita-cita Lius tinggi," kata Darius lagi. "Itu sebabnya sekolah pun dikesampingkannya." Lius hanya menamatkan bangku SLTA. Hanya sayang, karirnya harus terhambat oleh berbagai persoalan. Antara lain kelainan pada punggungnya. Darius sendiri mengatakan sudah berusaha dengan segala cara untuk mengobati kelainan atau cedera pada punggung Lius itu. Mulai dari obat-obatan tradisional sampai modern. Terakhir, Lius menjalani pengobatan dengan seorang pastur di Jawa Tengah. "Mudah-mudahan yang terakhir ini memberikan hasil yang betul-betul positif," katanya.

"Kalau tidak punya kelainan itu, saya yakin prestasinya sama dengan Hastomo Arbi," ujar Justian Suhandinata di Gedung Kemakmuran. Pada hari Sabtu, para dedengkot PB Tangkas memang berkumpul di sana. Tak terkecuali Justian, ketua umum klub itu dan juga ketua umum Pengda PBSI DKI Jaya.

7 Tahun

Lius lahir di Jakarta 3 Desember 1960 sebagai putra sulung dari empat saudara. Salah seorang adiknya, Elen (15) adalah runner up Kejuaraan Indonesia Terbuka Yunior 1983. Elen terdaftar sebagai anggota klub PB 56 yang diketuai Otto Malik.

Ayah Lius berasal dari Sulawesi Utara, sedangkan ibunya, Kartini, berasal dari Jakarta. Tiga tahun terakhir ini , Darius melatih klub itu.

Lius sendiri, tetap menjadi atlet handal PB Tangkas bersama Hendry dan Beben Supendi, juara yunior Asia 83. Dalam usia 7 tahun, Lius sudah menduduki peringkat ketiga Kejuaraan Bulutangkis Anak-anak tingkat DKI. Sebuah piala kecil waktu itu menjadi kebanggaannya.

"Dulu pialanya jelek-jelek," tutur Lius sambil senyum. "Lagi pula kecil. Masih saya simpan pialanya," katanya lagi.

Mulai tahun 1976, Lius rajin mengikuti Kejuaraan-kejuaraan tingkat Wilayah DKI atau se-DKI. Kejurnas di Medan juga pernah diikutinya di mana ia dikalahkan oleh Hastomo Arbi. "Waktu itu saya yang paling kecil," kenang Lius yang kini tinggi badannya 167 cm dan berat 63 kg.

Kejuaraan Piala Suryanaga sekali diikutinya. Ia juara pertama untuk tunggal putra dan runner up untuk ganda. Begitu pula pada turnamen Piala Surya yang sama-sama diadakan di Surabaya.

Tahun 1977, Lius masuk Sekolah Ragunan dan setahun kemudian muncul sebagai juara tunggal putra yunior. Setahun berikutnya, memenuhi panggilan PB PBSI, ia masuk pelatnas Piala Thomas. Sebelum mengikuti tim Piala Thomas, ia juga sempat menjajal kemampuannya di Swedia Terbuka, Jepang Terbuka, dan Denmark Terbuka. All England pun 4 kali diikutinya. Seluruhnya hanya sampai di 8 besar.

Kepercayaan

Itulah bekal yang dikenyamnya untuk kini bangkit kembali memenuhi ambisinya. Pertunangannya dengan Agnes Sondakh 7 Januari 1984 sama sekali tak menjadi hambatan. Malah menjadi tambahan motivasi untuk terjun lagi ke gelanggang internasional mulai dengan kejuaraan Malaysia Terbuka nanti.

"Malaysia Terbuka hanya bekal untuk Indonesia Terbuka. Tak ada target tertentu yang harus dia raih," komentar Justian.

Tapi nada optimis muncul dari Djoko Asyikin tokoh kawakan yang menghentikan ayunan raketnya tahun 1955.

Menurutnya, Lius memang sedang dibina setapak demi setapak. Target pertama adalah mengembalikan kepercayaan pada diri Lius yang nyaris hilang. Target itu tampaknya akan cukup teruji dalam Malaysia Terbuka.

"Kalau soal teknik, Lius sudah cukup," komentar Djoko kemudian tentang peluang Lius pada Indonesia Terbuka nanti. "Tinggal fisiknya saja yang harus dibina lebih keras."

Tetapi ini pun tampaknya tidak akan terlalu sulit buat Lius yang menyukai makanan gado-gado dan pisang goreng ini. Sejak kecil, Lius terkenal sebagai bocah yang tak pernah betah diam. Selalu ingin bergerak. Ia pernah melompat-lompat kegirangan waktu akan turun main pada salah satu kejuaraan, cerita Djoko. Begitu gembiranya Lius sampai kakinya tersangkut kursi, jatuh tersungkur, dan pingsan.

Lius, pengagum Rudy Hartono dan Morten Frost Hansen, ternyata masih ingat cerita lama itu. Ia tertawa-tawa mengenang pengalaman masa kecilnya ini sebelum meninggalkan BOLA untuk memulai latihannya. Semoga sukses, Nyong!

(Penulis: Aba Mardjani, Tabloid BOLA edisi no. 17, Jumat 22 Juni 1984)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X